Liputan6.com, Yogyakarta - Harya Suryaminata atau yang akrab dikenal dengan panggilan Hasmi, komikus pencipta Gundala Putra Petir, masih produktif hingga kini. Namun dia mengaku sudah tidak mampu bersaing dengan komikus masa kini.
Bukan soal ide karya maupun materi gambar, melainkan cara pemasaran yang sudah jauh berbeda. Sementara, kata dia, untuk mencari penerbit terbilang susah karena penerbit besar cenderung mengabaikan komik Indonesia.
"Saya ini gaptek (gagap teknologi), jadi kalau diminta memasarkan komik dengan cara online seperti yang sekarang banyak dilakukan sudah tidak bisa," ujarnya kepada Liputan6.com di Yogyakarta, Jumat (22/7).
Baca Juga
Laki-laki kelahiran Yogyakarta 69 tahun silam ini mengaku untuk menyambung hidup memilih banting stir menjadi penulis naskah dan skenario untuk drama maupun pertunjukan. Hal itu dilakukan ketika komik di Indonesia memasuki fase tidur lelap pada 1990-an.
Hasmi menilai komikus muda saat ini bagus baik dari segi karya maupun pemasaran. Era terpuruknya komik Indonesia, menurut dia, sudah berakhir dan dalam kurun waktu lima tahun terakhir kebangkitan komik Indonesia mulai terasa. Namun, penerbitan komik lebih banyak dilakukan lewat jalut indie karena minimnya dukungan penerbit dan distributor mainstream.
 "Kalaupun bukan jalur indie biasanya juga tidak mengandalkan profit jadi cuma senang-senang saja kemudian dipasarkan lewat internet," ujar laki-laki yang sempat menerbitkan komik kompilasi berjudul Keris pada akhir tahun lalu itu.
Advertisement
Gundala adalah karakter komik ciptaan Hasmi yang muncul pertama kali dalam komik Gundala Putra Petir pada 1969. Gundala termasuk karakter populer di Indonesia selain Godam, Si Buta dari Gua Hantu, dan Panji Tengkorak.
Gundala mempunyai kekuatan petir. Inspirasinya dari tokoh legenda Jawa Ki Ageng Sela yang dikisahkan bisa menangkap petir. Bentuk fisik Gundala sendiri terinspirasi karakter The Flash ciptaan Gardner Fox dari DC Comics.