Sukses

Lemak, Alasan Rizki Bocah Obesitas Tak Bisa Bernapas Sendiri

Saat ini, hanya air putih, susu, dan makanan cair saja yang bisa dikonsumsi oleh Rizki si bocah obesitas dari Palembang.

Liputan6.com, Palembang - Penurunan kesadaran yang dialami Rizki Rahmat Ramadhan (10), bocah obesitas asal Palembang, Sumatera Selatan, dipicu oleh penyempitan saluran pernapasan karena menumpuknya lemak di tenggorokannya. Meskipun sudah sadar dari komanya selama 10 jam, Rizki belum bisa lepas dari selang ventilator yang membantu memacu kerja paru-parunya.

Hal ini diungkapkan dokter spesialis gizi dan nutrisi sekaligus tim Dokter Penanggung Jawab (DPJB) Rizki di Rumah Sakit Muhammad Husein (RSMH) Palembang, Yulius Anzar. Menurut Yulius, kondisi bocah itu saat ini mengalami peningkatan yang baik.

"Sekarang kondisinya sudah bagus, tinggal mengurangi bantuan ventilator saja. Karena pasien harus menggunakan paru-paru sendiri untuk menyuplai oksigen ke otak," ujar Yulius kepada Liputan6.com di Palembang, Sumsel, Sabtu (23/7/2016).

"Tapi secara perlahan, tidak bisa dadakan. Agar suplai oksigen dari paru-paru ke otak tercukupi. Kita tetap memantau melalui monitor mesin. Pergerakannya kan dinamis," sambung dia.

Selang Makanan

Saat ini, hanya air putih, susu, dan makanan cair saja yang bisa dikonsumsi oleh Rizki. Asupan itu diberikan lewat selang makanan yang dimasukkan ke dalam kerongkongan.

Menurut Yulius, asupan makanan tersebut untuk menjaga kestabilan ususnya agar tidak terganggu. Jika kondisi Rizki semakin membaik, para dokter akan melepas selang makanan dari kerongkongannya.

"Kita lihat perkembangannya. Kalau minum susunya bagus, tidak tersendat dan muntah serta kondisinya semakin membaik, selang makanan akan kita lepas. Pasien bisa mengonsumsi makanan yang lembut-lembut, seperti bubur," kata dia.

"Walau masih ada selang ventilator, mulut pasien masih bisa menelan makanan karena ada rongga untuk celah masuknya makanan dari mulut ke kerongkongan," tutur Yulius.

Dia mengaku fokus saat ini bukanlah program penurunan berat badan Rizki. Tim dokter masih mengutamakan keselamatan jiwa pasien.

Jika kondisi pasien sudah stabil, baru akan dilakukan program penurunan berat badan secara bertahap. Seperti menurunkan asupan kalori Rizki si bocah obesitas hingga 2.000 kal.

"Kalorinya dihitung, dari biasanya 4.500 kalori setiap hari, sekarang harus menjadi 2.100-2.200 kal ori per hari. Nanti akan ada 25 dokter ahli yang akan membantu perawatan Rizki," ucap Yulius.