Sukses

Penyapu Jalan Gemetar dan Menangis Angkat Piala Adipura Kirana

Para penyapu jalan belum mendapat upah layak. Mereka tokoh penting di balik perolehan Adipura Kirana.

Liputan6.com, Semarang - Setiap pagi Mulyadi selalu bangun ketika ayam belum berkokok. Setelah salat Subuh, ia sudah keluar rumah, lantas menyusuri jalan raya. Ia melaksanakan tugas negara, menyapu jalan raya.

Ketika diumumkan bahwa Kota Semarang menjadi salah satu peraih Piala Adipura Kirana, Mulyadi sangat bangga. Rasa haru bahwa ia turut berkontribusi menjaga kebersihan kota. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi pun mengundang dan menjamu seluruh penyapu jalan.

Hari Senin (25/7/2016) adalah puncak kebahagiaan Mulyadi. Ia dan teman-temannya diundang wali kota yang karib disapa Hendi itu dalam acara jamuan makan serta penerimaan piala Adipra Kirana di balai kota.

Matanya berkaca-kaca ketika tangannya menjunjung tinggi piala Adipura Kirana itu. Tubuhnya yang mendekati renta gemetaran karena ia dipilih Hendi untuk digendong mengarak piala.

"Ayo Pak Mul. Ojo grogi (ayo Pak Mul, jangan grogi)," demikian teman-temannya berteriak. Hendi kelihatan berkeringat ketika menggendong Mulyadi, dengan berlari kecil dari panggung di halaman Balai Kota Semarang ke kerumunan penyapu jalan.

Badan Mulyadi kemudian dioper ke teman-temannya. Mulyadi seolah tidak bisa menahan haru dan bangga ketika orang nomor satu di Kota Semarang memberi apresiasi dan rela menggendongnya.

"Saya senang sekali, senang. Bahagia, bangga. Entahlah," kata Mulyadi kepada Liputan6.com.

Aksi menggendong itu bukan sekadar menyenangkan para penyapu jalan. Tapi sedang melunasi utangnya untuk menraktir dan menjamu para penyapu jalan, jika sukses meraih piala Adipura lima kali berturut-turut.  

Penyapu jalan gemetar dan menangis angkat Piala Adipura (Liputan6.com / Edhie Prayino Ige)

Hendi menegaskan kalau para penyapu jalan merupakan pahlawan dalam perolehan tersebut.

"Penyapu jalan luar biasa, karena Anda semua, saya mewakili njenengan (Anda) semua mengambil piala Adipura," kata Hendi.

Upah di Bawah Standar

Usai merayakan dan mengarak piala, Hendi berdialog dan bersalaman dengan semua penyapu jalan. Saat itulah Hendi kaget, ternyata para penyapu jalan ini tak satu pun yang mendapat upah sesuai UMK, yakni sebesar Rp 1,9 juta.

"Ternyata tak satu pun dari mereka mendapatkan haknya sesuai UMK," kata Hendi kepada Liputan6.com dengan suara tercekat.

Para penyapu jalan itu sesungguhnya adalah pahlawan bagi Kota Semarang. Keberadaan mereka mampu membuat warga kota berbangga bahwa kotanya termasuk kota terbersih.

Hendi berjanji akan memanggil kontraktor pemenang tender pemeliharaan kebersihan kota. Hal itu dimaksudkan agar para pahlawan kota ini mendapatkan haknya.

"Kontraktor harap dicermati, dari sekian banyak yang saya salami tidak dapat UMK. Padahal ketentuan Rp 1,9 juta. Itu haknya teman-teman di lapangan. Ini sesuatu yang harus njenengan pikirkan," kata Hendi dalam sambutannya.