Sukses

Seru, Purwakarta Mendadak Serba Bambu

Hiasan gapura dan perkakas bambu membuat peringatan Hari Jadi Purwakarta kian semarak.

Liputan6.com, Purwakarta - Suasana berbeda terlihat di sepanjang jalan protokol dan perkantoran di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Aneka hiasan sudah mulai mewarnai wilayah kota dan pedesaan sebagai bentuk partisipasi pegawai dan masyarakat dalam menyambut Hari Jadi Kabupaten ke-48 dan Hari Jadi Purwakarta ke-185.

Seluruh hiasan tersebut terdiri dari anyaman bambu berupa aseupan (alat untuk menanak nasi), boboko (bakul nasi), kohkol (kentongan), dan tak ketinggalan belahan bambu yang biasa digunakan untuk menyimpan beras perelek. Ucapan 'Sampurasun' tertulis pada umbul-umbul yang terpasang.

Anggun (20) warga asal Desa Wanakerta Bungursari misalnya, sangat terlihat antusias dan turut menghiasi gapura yang berada di wilayahnya.

"Saya bersama-sama dengan aparat desa ikut juga menghias gapura pake anyaman-anyaman dari bambu, tidak perlu membeli kami pakai saja seadanya yang ada di dapur yang sudah tidak terpakai untuk masak," kata Anggun di Purwakarta, Jabar, Selasa (26/7/2016).

"Setelah dicat kembali kan jadi bagus lagi, lalu kami pasang."

Perkakas bambu jadi tema Hari Jadi Purwakarta tahun ini (Liputan6.com / Abramena)

Pegawai di lingkungan Kantor Sekretariat Daerah Purwakarta pun turut melakukan hal yang sama. Bersama para tenaga harian lepas, mereka sudah terlihat menghias lingkungan kantor mereka sendiri.

Seperti disampaikan Kepala Bagian Umum pada Sekretariat Daerah Kabupaten Purwakarta Suhandi.

"Sudah sejak seminggu yang lalu sehabis jam kerja kami menghias lingkungan. Kami membuat replika 'Leuit' (lumbung pada khas sunda) dan 'Kohkol' atau kentongan," tutur Suhandi.

Perkakas bambu jadi tema Hari Jadi Purwakarta tahun ini (Liputan6.com / Abramena)

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, desain perkakas bambu yang biasa digunakan oleh masyarakat Sunda pedesaan sengaja dia angkat untuk menjadi hiasan tematik dalam rangka peringatan hari jadi Purwakarta tahun ini. Ia menilai kelas menengah perkotaan pun sebenarnya merindukan suasana kampung karena rata-rata mereka berasal dari kampung.

"Unsur peradaban Sunda selalu menjadi tema kami setiap tahun, sengaja kami memilih tema ini agar masyarakat kita 'nineung', mengenang masa lalunya dahulu seraya berusaha menghadirkannya kembali hari ini. Lihat boboko kan bisa ingat 'sangu akeul' (nasi yang dikipasi dengan kipas khas sunda)."

Dedi menambahkan, sektor ekonomi kreatif dapat terpromosikan dengan sendirinya dengan usungan tema etnik ini. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pesanan perajin anyaman khas Sunda di beberapa wilayah.