Sukses

Maestro Tari Topeng Kreyo Terakhir Terpaksa Jadi Tukang Pijat

Selama satu dekade, maestro Topeng Kreyo Cirebon tidak pernah tampil menari.

Liputan6.com, Cirebon - Matanya berbinar seakan mendapatkan kembali jiwanya sebagai seniman tari topeng Cirebon. Tubuhnya yang kecil dan renta tak mematahkan semangat Mimi Tumus menampilkan keluwesannya menari Topeng Kelana Cirebon.  

Di usianya yang ke-80 tahun dan lebih dari 10 tahun tidak menari, Mimi Tumus kembali menghibur warga Desa Kreyo, Kabupaten Cirebon, pada acara Youth Environmental Award (YEA) 2016. Penampilan Mimi Tumus mampu membuat mata penonton tak berkedip.

Mimi Tumus tampil maksimal di hadapan penonton, khususnya tamu undangan dari Keraton Kanoman Cirebon. Setiap gerak langkah kaki dan tangannya dibarengi dengan mimik muka yang sesuai dengan karakter tarinya. Mimi Tumus mengaku sangat senang dalam penampilannya itu.

"Saya dirayu sama anak-anak dari Sanggar Lingkungan Hidup (SLH) yang kebetulan lokasinya dekat dengan rumah saya di Desa Kreyo. Saya menganggap mereka juga anak-anak saya, akhirnya saya mau menari lagi untuk mereka saja," ucap Mimi Tumus, Rabu, 27 Juli 2016.

Liputan6.com berkesempatan berbincang-bincang dengan salah satu seniman generasi terakhir dari pewaris kesenian tari asal Desa Kreyo ini. Tubuhnya yang mungil menjadi alasan keluarga Mimi Tumus mewariskan kesenian topeng Kreyo kepadanya.

Darah seni memang sudah mengalir dalam tubuh Mimi Tumus. Tanpa kesulitan yang berarti ia mampu menjalani proses dan menjadi penari topeng profesional di zamannya.

"Sebelum menari, saya belajar main gamelan dahulu mungkin sudah 15 tahun. Orang-orang justru menonton saya, bukan menonton penarinya karena saya perempuan kecil sendirian dan lihai memainkan Saron (salah satu gamelan) kanan yang sulit," Mimi Tumus mengenang.

Saat itu, Tumus remaja yang sudah lihai memainkan alat musik tradisional diminta untuk belajar menari topeng oleh ibu dan uwaknya. Tawaran tersebut awalnya ditolak karena malu. Lagipula, ia waktu itu sudah dipercaya sebagai pemain alat musik tradisional panjak mengiringi para penari. Namun, ia berubah pikiran dan bersedia berlatih tari topeng.

Sejumlah prestasi pernah dicapai olehnya. Yang paling membanggakan adalah saat mengikuti festival-festival yang diselenggarakan di Jawa Barat dan Jakarta pada 1974. Ia juga pernah menari di hadapan Presiden RI ke-2, Soeharto, di Istana Bogor.

Ia kerap berduet dengan sejumlah seniman lain di Indonesia. Salah satunya Didik Nini Thowok. Namun, sederet piagam penghargaan dan piala itu harus digadaikan demi memenuhi kebutuhan ekonomi.

Hanya tersisa selembar dokumen piagam penghargaan dan sehelai foto yang dimiliki Mimi Tumus sebagai saksi bisu. Setelah itu, ia memutuskan untuk tidak menari lagi selama satu dekade.

2 dari 2 halaman

Jadi Tukang Pijat


Bagi Mimi Tumus, dokumen-dokumen hasil keseniannya tidaklah penting karena ia merasa prestasinya tidak dihargai Pemerintah Kabupaten Cirebon saat itu. Sejumlah seniman lain di Cirebon sampai menyebut Mimi Tumus sebagai Jago Kebon.

Mimi Tumus sempat mengajukan permohonan untuk dibuatkan sanggar tari. Namun, harapan Mimi Tumus untuk mewariskan kelihaiannya menari topeng Kreyo kepada generasi penerus tidak pernah terealisasi.

Kepahitan bertambah saat menyadari Topeng Kreyo punah. Akhirnya, orang-orang tidak lagi mencari. Padahal, sampai hari ini Mimi Tumus masih berjalan dengan tegap dan cekatan.

"Saya masih mampu berdiri (adeg-adeg) dan menggerakkan seluruh tubuh dengan gemulai dan lincah. Bahkan, saya masih hafal betul bagaimana cara menari yang baik," ucap Mimi Tumus.

Mimi Tumus kini seorang diri. Ia tidak memiliki generasi untuk meneruskan dan mewariskan Tari Topengnya (Kreyo). "Pernah ada yang mau belajar, tapi belum lama tidak ada kabarnya," tutur Mimi Tumus.

Tubuhnya yang sudah tua tidak menyurutkan semangat Mimi Tumus berhenti mencari rezeki. Tinggal seorang diri, Mimi Tumus kini berprofesi sebagai tukang pijat di desanya.

Peluang untuk terus mempertahankan darah seni Topeng Kreyo seakan semakin kecil. Tidak banyak warga atau kelompok seni yang meminta Mimi Tumus untuk kembali ke panggung pertunjukan seni.

"Kadang warga di Desa Kreyo juga kangen dan rindu sama penampilan Mimi Tumus. Tapi itu pun hanya momen tertentu. Tidak seperti beberapa tahun silam yang selalu ada kegiatan kampung," ungkap Ketua SLH CIrebon Cecep Supriatna.

Menurut dia, sang maestro Topeng Kreyo yang itu lebih memilih menjadi pemijat. Itu dilakukannya semata-mata untuk bertahan menghidupi dirinya sendiri.

Sesekali, Mimi Tumus meluapkan rasa rindunya dengan bercerita kepada warga desa sembari memeragakan tarian-tarian khas dari Desa Kreyo. Harta benda Topeng Kreyo milik Mimi Tumus pun kini hanya menjadi kenangan.

Meski tak lagi aktif sebagai penari Topeng Kreyo, upaya Mimi Tumus untuk mengobati rasa rindunya akan kesenian daerah masih ada. Mimi Tumus sekarang aktif sebagai nayaga (penyaron).

Kecintaan mendalam Mimi Tumus terhadap Topeng Kreyo berharap dapat tetap lestari. Dalam benaknya, Mimi Tumus ingin sekali mengabadikan tariannya dalam sebuah rekaman video.

"Biar jangan punah, apalagi kalau saya sudah dipanggil yang kuasa, kan ada rekaman videonya yang bisa dipelajari sama yang lain. Saya mau sekali direkam biar buat jadi warisan seni Kreyo," ucap Mimi Tumus.