Liputan6.com, Yogyakarta - Kisah Raja Jawa dan selirnya juga tidak lepas dari tragedi. Amangkurat I, Raja Mataram yang memerintah Keraton Plered pada 1646-1677, adalah salah satu raja yang mempunyai cerita tragis dengan beberapa selirnya.
"Dia pernah bermimpi menemukan perempuan di daerah timur dekat sumber air," ujar Sri Margana, sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM), kepada Liputan6.com, baru-baru ini.
Setelah bangun dari tidur, ia mengutus bawahannya untuk menemukan perempuan seperti dalam mimpi. Kedua utusannya berjalan ke arah timur hingga menemukan sebuah telaga. Keduanya menemukan seorang anak perempuan bernama Roro Oyi dan segera membawanya menemui sang raja.
Ketika Amangkurat I bertemu dengan Roro Oyi, putra dari Sultan Agung itu mengetahui bahwa perempuan itu belum akil balig. Ia lalu menyuruh utusannya untuk merawat dan menjaga anak tersebut sampai mendapatkan menstruasi pertama. Setelah dewasa, barulah Roro Oyi menjadi selir Amangkurat I.
Margana menuturkan, persoalan muncul ketika putra dari Amangkurat I, Raden Mas Rahmat, yang bergelar Adipati Anom melihat Roro Oyi sedang membatik. Ia jatuh cinta terhadap perempuan itu. Bawahan sang ayah pun memberi tahu kalau perempuan itu adalah selir ayahnya.
Baca Juga
"Sudah dilarang oleh bawahannya yang mengatakan itu kepunyaan ayah, jangan macam-macam," ucap Margana.
Adipati Anom tidak kehabisan akal. Ia menemui ayah dari ibunya, Pangeran Pekik dari Surabaya. Atas bantuan dari Pangeran Pekik, ia pun menikahi Roro Oyi. Mengetahui perbuatan anaknya, Amangkurat murka. Dia memanggil Pangeran Pekik, Adipati Anom, dan Roro Oyi.
"Amangkurat mengancam Adipati Anom. Dia menyuruh anaknya memilih takhta atau Roro Oyi. Jika ia memilih takhta, maka harus membunuh Roro Oyi di tempat," kata Margana.
Adipati Anom ternyata memilih takhta daripada cinta. Ia pun membunuh Roro Oyi dengan cara menikam dengan keris di hadapan ayahandanya. Pangeran Pekik pun tak luput dari hukuman. Ia digantung di tengah Alun-alun Plered.