Liputan6.com, Yogyakarta - Ancaman kekerasan seksual terhadap anak dan remaja mengilhami empat mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menciptakan media pembelajaran seks sejak dini. Namanya Kuku Pesek, yang merupakan singkatan dari Buku Saku Pendidikan Seks.
Sischa Ariesta, Andika Karisma Putra, Guscipto, dan Realita Mahanani merancang buku saku tersebut sebagai usaha preventif agar anak tidak mengalami kekerasan seksual sekaligus memberikan pengetahuan dan pemahaman anak mengenai pendidikan seks sejak dini.
Buku saku itu juga berguna bagi orangtua sebagai pengetahuan mengenai pentingnya pendidikan seks pada anak sejak dini.
Media Kuku Pesek didesain unik dan menarik dengan bentuk tiga dimensi. Buku tersebut berisi gambar mengenai pendidikan seks anak.
Pendidikan ini meliputi bagian pribadi yang harus diketahui oleh anak, orang yang boleh menyentuh dan melihat tubuhnya, mengatakan “tidak” ketika terjadi kekerasan seksual, dan apa yang harus dilakukan anak jika terjadi kekerasan seksual. Media tersebut didesain dengan ukuran yang dapat dimasukkan ke dalam saku sehingga mudah dibawa ke mana saja.
"Orangtua tidak boleh tabu membicarakan seputar seks dengan anaknya, karena dengan membicarakan seks kepada anak, orangtua membantu anak-anak untuk mengembangkan perilaku seks yang sehat dan mengajarkan pemikiran tentang seks yang bertanggung jawab," kata Sischa, baru-baru ini.
Baca Juga
Advertisement
Masalah Seksual Anak
Ia bersama ketiga temannya memiliki program pendidikan seks yang dapat diterapkan untuk anak usia dini. Program tersebut diterapkan di TPA Dharma Yoga Santi Yogyakarta dengan pertimbangan mayoritas orangtua di TPA tersebut sibuk dengan pekerjaannya, sehingga kurang memiliki waktu untuk menerapkan pendidikan seks pada anak-anaknya.
Implementasi program berupa seminar pendidikan seks untuk para orangtua dengan pembicara dari pakar psikologi. Selain itu juga diadakan workshop media Kuku Pesek sebagai penunjang program pendidikan seks.
Sischa mengungkapkan masalah seksual anak dan remaja di Indonesia telah sampai pada tahap memprihatinkan. Berdasarkan data dari Yayasan Kita dan Buah Hati, 67 persen dari 2.818 siswa sekolah dasar mengaku pernah mengakses informasi pornografi.
Sementara, Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga pernah mensurvei 30 persen dari 100 remaja Indonesia antara umur 14 sampai 18 tahun pernah berhubungan seks.
"Mata rantai perilaku menyimpang tersebut harus segera diputus agar fenomena ini tidak berkelanjutan di lingkungan masyarakat, mereka perlu dibekali penanaman karakter maupun pengetahuan tentang masalah seksual sejak dini," ucap Sischa.