Liputan6.com, Yogyakarta - Kampung Suryo Putran PB 3/43, Panembahan, Keraton Yogyakarta, digegerkan dengan kehadiran salah satu warganya. Betapa tidak, Waluyo dikabarkan meninggal dan dikuburkan oleh keluarga pada Mei tahun lalu.
Anti Ristanti, anak Waluyo, mengaku kaget ketika bapaknya yang dikabarkan meninggal pada Mei tahun lalu mengetuk pintu rumah. Sebab, keluarga mengetahui jika tahun lalu sudah memakamkan jenazahnya. Sontak, kedatangan Waluyo membuat keluarga kaget dan bingung.
"Kaget ibu bilang ini siapa. Lihat kakinya enggak ngambah lemah (menyentuh tanah) enggak ya. Tapi, mang bener itu bapak. Semua warga juga kaget," tutur Anti di kediamannya, Yogyakarta, Selasa (2/8/2016).
Bukan hanya Anti, Waluyo hidup kembali juga mengejutkan anak pertamanya, Anik Istiarti. Anik mengaku senang bercampur kaget. Ia yang baru datang sore tadi pun seolah tidak percaya jika ayahnya hidup lagi. Ia mengaku memiliki firasat jika akan ada kejadian besar di keluarganya.
Baca Juga
"Rasanya bahagia, Tapi saya punya akta kematian bapak saya. Adiknya (cucu) nangis keras jam 12. Nangisnya kayak kucing mungkin. Saya enggak tahu baru datang ini," ujar Anik.
Ia pun menginginkan sang ayah tidak pergi pergi lagi. Ia berharap ayahnya ada di rumah terus. Sosok ayah sangat dibutuhkan keluarganya saat ini. "Dah di rumah aja sudah sepuh, sudah bisa ganti ngerawat. Waktu itu dulu kan saya sakit. Sekarang saya sudah kerja. Jadi bisa jaga warung," ucap Anik.
Kembalinya Waluyo yang diyakini sudah dikuburkan itu jelas mengejutkan keluarga. Namun, Waluyo belum menuturkan kejadian sebenarnya.
Yang jelas, menurut Anti, cerita dimulai pada Januari 2015. Saat itu, sang ayah tidak ada di rumah. Pihak keluarga memang tidak mencari karena pekerjaannya sebagai tukang becak membuatnya tidak pulang. Pernah Waluyo tidak pulang selama sembilan bulan.
"Belum nyari dia, kan tukang becak, dulu kan pergi sembilan bulan. Nanti kembali lagi. Saya cari karena mau nikah cari di pangkalan becak enggak ada," tutur Anti.
Advertisement
Ada Korban Tabrak Lari
Hingga akhirnya ada kabar korban tabrak lari di Wonosari yang mirip dengan wajah ayahnya. Menurut Anti, keluarga lalu mendatangi korban tersebut dan sangat mirip dengan wajah ayah. Lalu, korban tabrak lari itu pun diakui sebagai ayahnya karena seluruh tanda sama dengan ayahnya.
"Lalu lihat di Facebook itu wajahnya sama dengan korban tabrak lari. Mungkin dulu itu gelandangan. tapi wajahnya persis. Tinggi badan sama, bajunya juga mirip," ujar Anti.
Anti mengungkapkan pula, setelah korban dibawa di Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta, keluarga merawat korban tersebut selama enam hari sampai akhirnya meninggal. Korban yang diduga ayahnya itu pun dimakamkan di tanah kelahirannya di Suren Kulon, Desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul.
"Ada kecelakaan di Wonosari, Mei 2015. Korban tabrak lari. tapi memang persis. Sudah koma waktu itu di RS Sardjito, aku bilang mau nikah. Dia kayak kasih tanda respons gitu, kan koma waktu itu. Lalu meninggal dan ibu juga mandiin, semua badan sama," ucap Anti.