Liputan6.com, Kotawaringin Timur - Hotshot atau titik panas sebagai indikasi kebakaran hutan dan lahan kembali terlihat di Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Tengah. Dalam sepekan sepekan terakhir, merujuk data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun H Asan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, telah ditemukan delapan titik panas.
Rinciannya pada 28 Juli 2016 ditemukan tiga titik panas. Satu titik ada di Kabupaten Katingan dan hotspot di Kabupaten Seruyan. Selanjutnya pada 30 Juli 2016 ditemukan dua titik panas, yakni satu titik di Kabupaten Kapuas dan satu titik di Palangkaraya. Sementara pada 2 Agustus lalu ditemukan tiga titik, tersebar di Kabupaten Katingan dua titik dan Kabupaten Seruyan dua titik.
Melihat kondisi itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng tetap mewaspadai adanya titik tersebut. BPBD Kalteng juga telah meminta sejumlah daerah untuk melakukan patroli dan pemadaman jika ada kebakaran yang masih skala kecil.
Advertisement
Kepala BPBD Kalteng Brigong Tom Moenandaz menjelaskan, sejumlah daerah sudah menetapkan status Siaga Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan. Terutama agar kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015 tidak berulang.
Baca Juga
"Kita sejak awal musim hujan dan memasuki musim kemarau ini terus melakukan patroli dan koordinasi dengan semua instansi terkait. Kita tidak ingin kejadian tahun kemarin terulang kembali yang mengakibatkan semua transportasi lumpuh, ekonomi anjlok dan anak-anak terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)," ujar Brigong.
Untuk itulah, imbuh Brigong, BPBD Kalteng terus waspada dan meminta sejumlah kabupaten agar tetap mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran.
"Kita masih terbantu dengan adanya hujan karena La Nina. Jadi lahan yang seharusnya kering masih ada basah karena turun hujan dan titik panas yang muncul bisa terpadamkan," ia menjelaskan.
Namun untuk memaksimalkan agar tidak terjadi kebakaran lahan, BPBD Kalteng tetap menunggu bantuan pinjaman helikopter untuk membasahi lahan gambut yang mulai kering. "Hingga saat ini kita masih menunggu bantuan pinjaman helikopter agar bisa membasahi lahan yang mulai kering dan rentan terbakar. Terutama lahan gambut yang saat ini mulai kering," tutur Brigong.