Sukses

Jamban Berjalan, Nasionalisme Baru Sambut 71 Tahun Indonesia

Budi Laksono sebelumnya membuat kontroversi dengan mendirikan Kafe Jamban di kawasan Ngaliyan, Semarang.

Liputan6.com, Semarang - Kampanye penggunaan jamban terus diperjuangkan Budi Laksono. Alumnus Queensland University of Technology Australia ini sebelumnya membuat kontroversi dengan mendirikan Kafe Jamban di kawasan Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah.

Kini, ia bersama rekan-rekannya menggelar long march ke Jakarta dengan membawa 150 kloset untuk dibangun di daerah yang tidak ada jamban. Aksi itu dinamai Walk4Toilet.

Diawali dengan menggelar seminar jalanan. Dalam seminar jalanan itu terungkap bahwa masih ada 94 juta orang di Jawa Tengah yang belum memiliki toilet sebagai wujud sanitasi sehat.

Peserta aksi mayoritas berprofesi dokter dan aktivis lingkungan. Sejumlah poster tentang jamban dibawa oleh peserta long march. Selain itu ada juga jamban duduk yang sudah ditanam dibeton dan diberi roda kemudian ditarik sepanjang perjalanan.

"Aksi Walk4Toilet, berjalan untuk memperjuangkan toilet untuk masyarakat Indonesia. Ada 94 juta orang atau 24 juta keluarga pada 71 tahun Kemerdekaan Indonesia ini yang belum punya jamban. Padahal ini kebutuhan esensial di sebuah keluarga," ucap Budi di Semarang, Rabu 3 Agustus 2016.

Tak hanya berjalan sampai Jakarta, mereka juga akan menggelar seminar jalanan tentang pentingnya sanitasi di pusat keramaian dan kantor pemerintahan daerah-daerah  yang mereka lewati.

Menurut Budi, respons dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kementerian Desa (Kemendes) cukup baik. Dana desa pada November 2016 bisa digunakan untuk alokasi atau stimulan bagi warga yang belum punya jamban.

Budi Laksono, penggagas Kafe Jamban, menggelar long march ke Jakarta dengan membawa 150 kloset untuk dibangun di daerah yang tidak ada jamban. (Liputan6.com/Edhie Prayitno Ige)

"Itu tidak mahal, selama ini kami hanya Rp 500 ribu per jamban karena yang bangun masyarakat sendiri. Masyarakat boleh kembangkan sesuai kemampuan," tutur pegiat berusia 52 tahun tersebut.

Rencananya, mereka akan membuatkan jamban di Bumijawa, Kabupaten Tegal. Sebanyak 150 jamban jongkok sudah disiapkan dan dibawa mobil bak terbuka yang mendampingi rombongan.

Rombongan akan tiba di Jakarta pada 17 Agustus mendatang, tepat saat peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Ia berharap petisi soal jamban untuk semua keluarga bisa diterima Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"Kita perjalanan lewat Pantura sampai tanggal 17 (Agustus 2016). Di Jakarta, petisi (akan) diterima Presiden Jokowi," ujar Budi.

Budi Laksono, penggagas Kafe Jamban, menggelar long march ke Jakarta dengan membawa 150 kloset untuk dibangun di daerah yang tidak ada jamban. (Liputan6.com/Edhie Prayitno Ige)

Adapun Asisten III Setda Provinsi Jateng bidang Kesra, Budi Wibowo mengatakan pihaknya mendukung usaha memberikan dan mengedukasi masyarakat soal sanitasi sehat.

"Bersih itu juga wujud peradaban. Pesannya bukan untuk menggurui, tapi sharing info. Jangan pernah capek mengedukasi masyarakat. Saya pasti dukung, selamat jalan," kata Budi Wibowo membacakan sambutan Gubernur Ganjar Pranowo.

Beberapa waktu lalu, Budi Laksono sempat membuat heboh dunia maya karena mendirikan Kafe Jamban, yaitu kafe yang makanannya dihidangkan di jamban jongkok. Pemilik Yayasan Wahana Bakti Sejahtera itu sudah 15 tahun melakukan banyak kegiatan untuk sanitasi layak. Ratusan ribu jamban sudah dibangun di berbagai daerah demi kesehatan masyarakat.