Sukses

Kasus Tinggal Kelas Siswa Penghayat Kepercayaan Masih Buntu

Pihak SMKN 7 Semarang belum memiliki guru penghayat kepercayaan.

Liputan6.com, Semarang - Zulva Nur Rahman siswa SMK Negeri 7 Semarang yang tergolong pintar tetap dinyatakan tidak naik kelas. Hal itu karena negosasi gagal. Zulva tidak naik kelas karena menolak mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sebab ia adalah penghayat aliran kepercayaan yang diakui negara.

Negosiasi lanjutan yang digelar Rabu 3 Agustus 2016 dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Nur Hadi Amiyanto, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bunyamin, Kepala Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah Achmad Zaid serta pihak SMKN 7.

Seorang pemuka Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika, Gunaldi, berharap agar negara memperhatikan kaum minoritas sehingga kasus Zulva bisa segera diselesaikan. Gunaldi menyebutkan, siswa penganut kepercayaan tersebut harus meraih haknya untuk mendapat pendidikan.

"Saya ingin agar Zulva bisa segera kembali bersekolah. Sampai sekarang pihak sekolah belum bisa mengabulkan permohonan agar naik kelas," kata Gunaldi kepada Liputan6.com di Semarang, Jateng, Kamis (4/8/2016).

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Nur Hadi Amiyanto menyatakan, masalah kenaikan atau kelulusan adalah otoritas sekolah. Semua sudah diatur dengan regulasi.

Kepala SMKN 7 Semarang, M Sudarmanto membantah bahwa Zulva tidak diizinkan untuk bersekolah. Namun untuk masalah keinginannya naik kelas belum bisa diputuskan. Sedangkan mengenai haknya mendapatkan pelajaran agama sesuai dengan keyakinannya, juga belum bisa dipenuhi.

"Masalah kenaikan, kewenangan ada di pihak sekolah. Sudah ada aturan yang mengatur kriteria naik-tidaknya siswa," kata Kepala SMKN 7,  M Sudarmanto.

Zulva Nur Rahman dinyatakan tidak naik kelas karena kolom mata pelajaran agama kosong. Kekosongan kolom itu bukan karena kesalahan Zulva sebagai penghayat aliran kepercayaan. Namun karena sekolah tidak memfasilitasi penyediaan guru penghayat kepercayaan.

SMK N 7 Semarang mencoba menawarkan solusi, yakni agar Zulva mengikuti mata pelajaran agama Islam dan berpindah ke agama Islam. Namun Zulva tetap bertahan pada keimanannya.

Zulva tergolong anak pintar di kelasnya. Rata-rata mendapatkan nilai 70-85 untuk setiap mata pelajaran. Namun ia harus tinggal kelas karena kendala sistem pengajaran agama dan kepercayaan itu.