Liputan6.com, Malang - Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, mengembangkan aroma terapi berbahan dasar dari limbah jelantah. Produk itu diberi nama Mijel Natural Relaxants.
Mahasiswa penemu Mijel Natural Relaxants, Arulia Zalni mengemukakan, limbah jelantah atau minyak goreng sisa di kota itu relatif cukup melimpah sehingga tidak begitu sulit untuk mendapatkannya.
"Kan sayang kalau tidak dimanfaatkan dan ternyata limbah ini bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat sebagai pengharum," kata Arulia di Malang, Jawa Timur, seperti dilansir Antara, Kamis 4 Agustus 2016.
Jelantah di kota itu relatif cukup banyak karena penjual gorengan bertebaran di mana-mana. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang pada 2012, kota itu dalam sehari menghasilkan 820 liter jelantah.
Pembuatan aroma terapi tersebut dimulai setelah dilakukan penjernihan terhadap minyak jelantah. Selanjutnya, minyak itu dicampur dengan jeli berbagai aroma, seperti kopi, cokelat, dan vanila.
"Cobain, deh, aroma terapi kopinya. Bisa menghilangkan stres," tutur mahasiswa semester empat FPIK itu.
Baca Juga
Ia pun menjelaskan cara pembuatan aroma terapi Mijel secara sederhana. Yaitu jelantah itu diproses untuk netralisasi dengan ampas tebu. Ampas tebu pun diperolehnya dari penjual yang tidak memanfaatkannya lagi.
Selanjutnya, limbah itu disatukan dengan perendaman selama 48 jam. Setelah itu, bubuk jeli ditambahi aroma esens, seperti kopi, cokelat, atau vanila, kemudian diolah. Lalu dicetak seperti butiran kopi dan cokelat bar yang dikemas dalam botol plastik.
Namanya Mijel Natural Relaxants dan dibanderol seharga Rp 9.000,00 untuk isi 80 gram. Sejak dijual bebas, terutama secara online, pada bulan Maret sampai Juni 2016 sudah terjual sekitar 2.300 buah.
"Kami menjual secara online dan konsumen kami paling banyak adalah mahasiswa. Dengan penggunaan aroma terapi dari jelantah ini bisa membantu berhemat ruangan dan bahannya juga tidak mengandung unsur kimia," tutur dia.
Arulia Zalni bersama timnya akan mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) yang digelar selama sepekan (8-12 Agustus) di Institut Pertanian Bogor (IPB). Karya tim dari FTIK itu sudah dipresentasikan dan dipamerkan kepada publik, khususnya di kalangan kampus Universitas Brawijaya, Malang.
Advertisement