Sukses

Cerita Menantu Rhoma Irama Terkena Imbas Kudeta Turki

Menantu Rhoma Irama merupakan seorang guru kelahiran Turki yang kini sudah menjadi WNI.

Liputan6.com, Semarang - Kudeta politik di Turki yang dipimpin ulama Fethullah Gulen pada 15 Juli 2016 mengakibatkan menantu dan besan raja dangdut Rhoma Irama tak bisa pulang kampung ke negaranya. Hal ini terkait dengan tuduhan pemerintah Turki yang menyebut sejumlah sekolah di Indonesia terkait dengan kudeta itu.

Salah satu sekolah yang dituduh pemerintah Turki adalah Semesta Boarding School di Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah. Mahmed Cetin adalah salah satu tenaga pengajar di sekolah tersebut. Guru bahasa Inggris alumni Unnes Semarang ini adalah menantu raja dangdut Rhoma Irama.

Istri Cetin adalah Nazilla Rhoma Irama yang merupakan adik dari pedangdut Ridho Rhoma. Biasanya, ia pulang ke Turki setiap tahun. "Tapi tahun ini tidak bisa," kata Cetin, Senin (8/8/2016).

Cetin sudah tinggal 15 tahun di Indonesia. Pada Mei 2016, ia mendapat kewarganegaraan Indonesia. Kewarganegaraan Indonesia itulah yang membuatnya tenang dan bisa fokus mengajar.

Perpindahannya sebagai WNI itu, aku dia, bukan karena konflik politik di Turki, tapi karena semata nyaman tinggal di Indonesia. Selain itu, dukungan Nazilla selaku istri dan keluarganya maupun keluarga besar Rhoma Irama juga sangat mempengaruhinya.

"Saya senang tinggal di Indonesia. Nyaman, indah," kata Cetin dengan bahasa Indonesia yang lancar.

Dia menuturkan, yang cukup menyita pikirannya adalah keberadaan orangtuanya di Indonesia. Keberadaan mereka di Indonesia sebenarnya hanya sementara karena hendak membantu mengurus anaknya yang ketiga.

"Izin tinggal sampai bulan November. Nanti lihat situasi, kalau belum kondusif akan diperpanjang masa tinggalnya," ujar Cetin.

Jumlah guru asal Turki yang mengajar di Semesta berjumlah enam orang, termasuk Cetin. Mereka mengajar mata pelajaran eksakta seperti matematika, fisika, kimia, biologi, bahasa Inggris, dan bahasa Turki. Bahasa Turki ini pun merupakan bahasa pilihan bersama beberapa bahasa lain, seperti Korea, Jepang, dan Prancis.

Mereka yang masih berkewarganegaraan Turki dipastikan akan kesulitan untuk pulang ke negaranya. Sebab, ada tuduhan pemerintah Turki yang menyebut Sekolah semesta merupakan salah satu tempat regenerasi teroris dan berada di balik kudeta politik.