Sukses

Masjid Tanpa Jendela Tempat Pembaringan Raja Bulungan

Di halaman masjid itu terbaring jasad seorang raja.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah masjid unik berdiri di Kalimantan Utara, tepatnya di Desa Tanjung Palas Tengah, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan -- bekas Kesultanan Bulungan. Masjid Kasimuddin namanya. Di halaman masjid itu terbaring jasad seorang raja.

Sang raja, yakni Sultan Maulana Muhammad Kasimuddin (1901-1925). Raja Bulungan itu terbaring di halaman masjid sebelah barat. Masjid ini dikelilingi oleh kompleks makam raja.

Seperti dikutip dari laman Kemdikbud.go.id, selain pusara raja, masjid ini juga memiliki keunikan lain. Bangunannya didirikan tanpa jendela. Meski begitu pintu masjid terbilang banyak, yakni 11 buah.

"Masjid Kasimuddin tidak mempunyai jendela," tulis Kemdikbud.go.id, seperti dikutip Liputan6.com, Sabtu (13/8).

(Kemdikbud.go.id)

Hanya ada sejumlah kaca putih bening yang berfungsi untuk pencahayaan dan diletakkan di depan mihrab. Dan bagian atasnya dipasang kaca berwarna hijau.

Jika dibandingkan dengan masjid besar lain, Masjid Kasimuddin tergolong sederhana. Bangunannya tergolong semi permanen dengan bahan dasar kayu ulin dan campuran beton. Pondasi dan lantai masjid terbuat dari campuran semen dan batu berlapis ubin.

Ubin tersebut bermotif arsitektur Eropa yang diimpor dari Belanda. Tinggi bangunan masjid hingga sampai ke puncaknya, yakni 15.50 meter.

Sejarah Kesultanan Bulungan dimulai pada 1771 dengan raja pertama Sultan Amril Mukminin yang berasal dari Sulawesi. Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Utara, Sabah-Malaysia, hingga Sulu-Filipina, yang berpusat di tepi Sungai Kayan.

Pemangku Sultan Bulungan Datuk Abdul Hamid mengatakan, sebanyak 13 generasi raja-raja Kesultanan Bulungan saat itu memerintah dengan bergelimangan kekayaan yang didapat dari hasil hutan, sungai, dan laut perbatasan Kalimantan.

"Lapar, tinggal menangkap udang sebesar lengan anak-anak dan memancing ikan patin sebesar guling di Sungai Kayan. Hewan dan buah-buahan sangat gampang ditemui saat itu," kata Datuk Abdul saat ditemui di Istana Kesultanan Bulungan.

Masa kejayaan Kesultanan Bulungan berlangsung berabad-abad sejak 1771 hingga 1938. Hebatnya, kesultanan bisa tegak berdiri tegak tanpa menarik upeti dari penduduk di wilayahnya.

Kesultanan Bulungan bahkan memiliki ratusan pasukan terlatih bersenjatakan senapan hingga meriam yang digunakan mengusir perompak yang marak di perbatasan.