Sukses

Mata Air Ajaib Omah Watu, Bisa Bantu Balita Berjalan

Meski berkhasiat, warga tidak mengeramatkan mata air tersebut.

Liputan6.com, Magelang - Peradaban purba di Gua Ketangi, Desa Ketangi, Kecamatan Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah yang diyakini warga setempat menyisakan berbagai keajaiban. Salah satunya adalah adanya batu yang berubah menjadi mata air.

Batu itu terletak di dalam gua dan terus mengeluarkan air sepanjang waktu. Keluarnya air itu bisa dirasakan dengan memasukkan jari kita ke dalam cekungan lubang berdiameter sekitar 15 cm. Selain itu, air juga selalu mengalir turun ke dalam bak penampungan berukuran 4x2 meter yang juga terbuat dari batu.

Seorang pengunjung Widodo Waluyo mengatakan, sudah beberapa kali mendatangi Omah Watu, gua di Desa Ketangi itu. Ia menyebutkan, lokasi itu bukanlah objek wisata sehingga saat ini semua masih alami.

"Kalau batuannya padas atau karst masih bisa menjadi sumber air, tapi ini batuan yang tanpa pori. Bagi saya ini ajaib, subhanallah," kata Widodo kepada Liputan6.com, Minggu 15 Agustus 2016.

Keajaiban lainnya, air yang mengalir dari cekungan batu itu mengisi sebuah kolam yang terdapat batuan dengan lingga dan yoni sederhana. Air ini tak pernah berkurang, tapi juga tak pernah meluber.

Beberapa kali Widodo mencoba mengambil air tersebut dengan gayung, segera air di bak itu kembali penuh. Ketika dibiarkan, ternyata air tidak meluber.

Kepala Desa Ketangi Alfian Isnad juga menyatakan kekagumannya. Keajaiban itu karena bak atau kolam itu dari batu yang tak memiliki kemampuan menyerap air sehingga secara logika, air semestinya meluber ketika sudah penuh.

"Entahlah. Yang jelas ini ajaib," kata Alfian.

Salah satu bukti bahwa air itu tak meluber kemana-mana dapat dilihat dari sekitar kolam yang terus kering. Konon, air yang keluar dari batu dan sangat jernih ini juga memiliki khasiat ajaib.

Khasiat Ajaib

Keajaiban air itu diyakini warga desa Ketangi. Jika ada anak usia 9 bulan ke atas dan belum bisa berjalan, ketika kakinya dibaluri dengan air tersebut, tak lama si anak pasti akan bisa berjalan.

Widodo maupun Alfian Isnad menyebutkan, warga Desa Ketangi mempercayai hal itu karena sudah dibuktikan berkali-kali. Meski begitu, warga desa tidak memasang sesaji atau sejenisnya untuk mengeramatkan tempat ini.

"Kami tetap berpegang pada akidah. Semua karena kuasa Allah. Tak perlu dengan sesaji atau sejenisnya. Tapi, kami memiliki komitmen untuk menjaga tempat ini," kata Alfian.

Berdasar penuturan Mbah Roji, sesepuh Desa Ketangi, kepercayaan warga akan khasiat air itu sudah turun-temurun. Meski demikian, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan air tersebut.

"Menawi wonten lare ingkang kesrimpet memala mboten saged mlampah, nembe dipun baluri. Menawi sakit sanesipun njih tindak dokter, jaman sampun maju kok. (Jika ada anak yang terkena gangguan, dan sulit berjalan, dibaluri dengan air itu. Namun jika sakit lainnya ya ke dokter. Zaman sudah maju kok)," kata Mbah Roji.