Liputan6.com, Pekanbaru - Kebakaran hutan dan lahan di Riau yang terjadi sejak beberapa hari belakangan sudah menimbulkan kabut asap. Meski masih tipis, hasil dari pembakaran ini sangat menyengat di hidung.
Adanya kabut asap ini terpantau di Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Hal ini terjadi karena puluhan hektar lahan berisi kebun sawit dilalap si jago merah. Dugaan sementara, kebakaran ini disengaja untuk memperluas areal perkebunan.
Sebagai antisipasi supaya tak meluas, dua pleton Brimob Polda Riau diterjunkan. Operasi pemadaman dipimpin langsung Kapolda Riau Brigjen Polisi Supriyanto.
Pantauan di lokasi, memadamkan lahan gambut tidaklah mudah. Api di permukaan terlihat padam dan mengeluarkan asap. Namun, bara api di dasar gambut masih menyala.
"Pemadaman ini juga dibantu satu kompi Dalmas dari Polres Rokan Hilir dan 20 anggota TNI AD. Kebakaran di sini (Kecamatan Tanah Putih) sudah terjadi sejak dua hari lalu dan masih berusaha dipadamkan," kata Supriyanto di lokasi kebakaran, Senin petang, 15 Agustus 2016.
Menurut Supriyanto, api yang melumat lahan gambut itu berada di kebun sawit milik masyarakat. Pemilik lahan belum diketahui, begitu pula pembakar lahan di lokasi tersebut.
"Ada sekitar 20 hektare kebun masyarakat. Rata-rata yang terbakar kebun sawit pada posisi buah pasir," kata Supriyanto.
Berdasarkan penyelidikan lapangan, tidak ada masyarakat yang mau mengaku kalau lahan terbakar tersebut merupakan miliknya.
"Tidak ada yang mengaku siapa pemilik lahan. Dan, lahan kebun sawit di sini banyak yang semak," ucap Supriyanto.
Baca Juga
Tak hanya pasukan darat, pemadaman juga dibantu satu unit helikopter pengebom air. Fokus pemadaman dilakukan di sana karena belum terkendali sejak beberapa hari lalu.
"Tumpuan tim Satgas Udara difokuskan di Desa Putat, Kecamatan Tanah Putih dan Desa Siarang-arang Kecamatan Pujud, Kabupaten Rokan Hilir," kata Kasi Base Ops Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Mayor Ferry Duwantoro.
Sejauh ini, sudah empat ton air dengan 24 kali pengeboman air dilakukan di Desa Putat karena kebakaran lahannya cukup besar.
"Mayoritas lahan yang terbakar terpantau merupakan lahan perkebunan. Hamparan perkebunan yang umumnya lahan sawit itu terbakar cukup luas hingga menyebabkan asap putih membumbung ke udara," katanya.
Sementara itu, kebakaran di Riau terus terjadi karena pembakar lahan dinilai pandai membaca situasi hingga aksinya tidak ketahuan. Mereka mengubah pola pembakaran dari yang biasa membakar pada dini hari atau pagi, sekarang dilakukan pada sore atau menjelang malam.
"Mereka sepertinya tahu kalau sore atau menjelang malam itu tidak ada helikopter yang patroli," kata Komandan Satgas Udara Karhutla Riau, Marsekal Pertama Henri Alfiandi.
Hal ini disampaikan Henri melihat tren kebakaran lahan dan hutan di Riau sejak beberapa hari belakangan. Ia melihat titik api dari kebakaran sering membludak di sore hari.
"Sebelumnya, titik panas terpantau banyak di pagi hari. Sekarang dalam beberapa hari belakangan, sudah sore banyak titik panas," kata pria yang juga menjabat sebagai Komandan Lapangan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru ini.