Liputan6.com, Manado - Pasangan ganda campuran Indonesia, Liliyana Natsir-Tontowi Ahmad berhasil meraih medali emas cabang bulu tangkis di Olimpiade Rio de Janeiro pada 17 Agustus 2016 lalu. Ayah Liliyana, Benno Natsir, mengisahkan bagaimana perjuangan keras putri bungsunya itu, termasuk awal mula Liliyana akrab dipanggil Butet.
"Sejak menginjak remaja Liliyana sudah kami bawa ke Jakarta untuk masuk klub bulu tangkis. Dia bahkan rela memilih jauh dari orangtua," tutur Benno saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Teling Atas, Kecamatan Wanea, Manado, Kamis, 18 Agustus 2016.
Benno mengisahkan, meski berusaha tegar karena ditinggal orangtua, tapi ada satu saat di mana Liliyana juga ngambek. "Saat itu kami mengunjungi dia di Jakarta. Saat saya dan istri akan pulang, Liliyana sedih," kata Benno.
Baca Juga
Melihat Liliyana sedih, teman-temannya berusaha menghibur dia. "Banyak temannya yang orang Batak, mereka menyebut dia dengan panggilan Butet. Yang katanya anak perempuan yang disayang. Sejak itulah Liliyana akrab dipanggil Butet," ujar Benno.
Liliyana memang tidak memiliki darah Batak. Partner Tontowi Ahmad itu lahir dari ayah blasteran Makassar-Tiongkok dan ibu Manado. Menghabiskan masa kecil di Manado, Liliyana menyabet juara di hampir semua kejuaraan yang diikuti.
"Trofi pertamanya adalah Porseni tingkat sekolah dasar se-Sulawesi Utara. Setelah itu, prestasi demi prestasi terus dia raih," ujar Benno.
Liliyana memilih bulutangkis sebagai pilihan hidup. Setelah lulus dari Sekolah Dasar (SD) Eben Haezer Manado, Liliyana memantapkan langkahnya ke Jakarta untuk merintis kariernya sebagai atlet bulutangkis.