Sukses

Jejak Islam Masuk Gowa

Penyebar Islam di Sulsel dari ranah Minang.

Liputan6.com, Makassar - Agama Islam masuk ke Nusantara melalui media perdagangan. Pola umumnya, Islam kian intensif menyebar ke suatu daerah melalui penguasa setempat. Ketika seorang raja memeluk Islam, maka penyebarannya akan meluas di wilayah di mana raja itu berkuasa. Hal yang sama juga terjadi di Kerajaan Gowa.

Namun, raja yang pertama memeluk Islam di Sulawesi Selatan khususnya, bukanlah raja Gowa, tapi raja Tallo terlebih dahulu. Seperti diketahui raja Tallo merangkap juga mangkubumi Kerajaan Gowa. Adapun raja Tallo yang pertama kali memeluk Islam adalah Karaeng Matoaya.

Karaeng Matoaya sendiri merupakan raja Tallo ke-8. Gelarnya pun sudah mencerminkan unsur Islam pada saat itu: Sultan Abdullah Awalul Islam Tumenanga ri Agama. Memeluk Islam pada 22 September 1605.

Nah, Karaeng Matoaya sendiri, orang yang mengajak kemenakannya, I Mangngarangngi Daeng Manra'bia untuk memeluk Islam. Daeng Manra'bia ini adalah raja Gowa ke-14. Setelah masuk Islam bernama Sultan Alaudin. Ia memerintah Kerajaan Gowa tahun 1593-1639.

Orang yang mengislamkan kedua raja tersebut adalah Khatib Tunggal Abdul Makmur. Lebih dikenal dengan nama Dato’ ri Bandang. Seorang ulama dari Minangkabau, Sumatera Barat. Ia bersama dua sahabatnya, Dato'ri Patimang dan Dato'ri Tiro dikenal sebagai penyebar agama Islam di Sulawesi Selatan.

Setelah kedua raja tersebut memeluk agama Islam, Kerajaan Gowa-Tallo menjadi pusat penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Raja-rajanya setelah itu bergelar sultan, gelar raja yang umumnya dipakai di kebanyakan kerajaan bercorak Islam. Ditilik dari masa pemerintahan raja pertama yang memeluk Islam, diperkirakan awal abad ke-17, Kerajaan Gowa sudah bercorak Islam.

Salah satu peninggalan Islam di Kerajaan Gowa adalah Mesjid Katangka. Mesjid ini didirikan pada tahun 1605. Sejak berdirinya telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan Mahmud  (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, PabbicaraButtaGowa (1962), serta Andy A Krisnandy.