Sukses

Bayi Berkepala Dua Asal Gresik Hanya Bertahan Hidup 10 Hari

Bayi berkepala dua mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Ibnu Sina, Gresik, Jawa Timur.

Liputan6.com, Gresik - Bayi berkepala dua yang lahir di Rumah Sakit Ibnu Sina, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, mengembuskan napas terakhir, Jumat sore tadi. Bayi berjenis perempuan itu merupakan buah hati pasangan Dianto (35) dan Sri Wahyuni (33), warga Jalan Kapten Darmo Sugondo, Kecamatan Kebomas, Gresik.

"Memang benar bayi tersebut meninggal sore tadi sekitar pukul 15.45 WIB," ucap Wakil Direktur Bidang Pelayanan RS Ibnu Sina Gresik, Maftukhan, saat dihubungi Liputan6.com melalui telepon seluler dari Surabaya, Jumat (19/8/2018) malam.

Ia menjelaskan, diagnosis awal menunjukkan kondisi bayi adalah kembar. Setelah diketahui memiliki dua kepala dengan jenis kelamin perempuan, empat dokter spesialis bayi kemudian melakukan bedah caesar.

"Untuk keadaan saat pertama kali lahir berat badannya 4,200 gram panjang tubuhnya 43 centimeter, tapi juga mengalami sesak. Kondisi organ tubuh kaki juga lengkap, dari tangan dan kaki, hanya kepalanya yang dua," tutur Maftukhan.

Sementara itu, Kepala Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPKST) RSUD Dr Soetomo, dokter Agus Harianto mengaku telah berkoordinasi dengan dokter di Gresik. Ia bersama tim punya rencana untuk datang ke Gresik, melihat kondisi bayi secara langsung.

"Itu kalau usia bayi bisa lebih dari seminggu dan kondisinya tetap stabil. Sejak kemarin, dokter RSUD Ibnu Sina melaporkan sudah tidak stabil," ujar Agus.

Menurut Agus, sekitar 45 menit sebelum meninggal, kondisi bayi berkepala dua itu menurun. Bahkan, imbuh dia, banyak lendir dari bayi tersebut dan saturasi oksigen terus mengalami penurunan secara perlahan.

"Turun dari 56 sampai 80 persen. Kemudian turun lagi hingga 50 persen. Juga detak jantungnya pun hanya berkisar antara 50 sampai 60 kali setiap menitnya. Itu kondisi yang sangat buruk," ia menambahkan.

2 dari 2 halaman

Bayi Dicephalic Parapagus

Agus menyatakan pula, kondisi bayi dicephalic parapagus yang meninggal dunia dalam waktu singkat memang hal yang biasa. Hal tersebut juga sudah dikatakan berulang kali kepada awak media. Dia menilai, usia bayi parapagus bisa lebih dari satu bulan itu sudah suatu keajaiban.

"Jantung dan paru-parunya jelas akan mengalami gangguan yang hebat. Dan itu juga yang membuat bayi akhirnya meninggal dunia," tutur dia.

Secara terpisah, Suyono selaku Humas Pemerintah Kabupaten Gresik menegaskan pemerintah setempat juga sudah berupaya menggratiskan biaya perawatan.

"Pihak Kami juga sudah berupaya maksimal agar bayi tersebut selamat namun Allah berkehendak lain," ujar dia.

"Kami juga sore tadi memandikan serta menyucikan di kamar jenazah, sampai diantarkan menggunakan ambulans ke pemakaman," Suyono menambahkan.

Bayi tersebut dilahirkan secara bedah caesar di Rumah Sakit Ibnu Sina, Gresik, Selasa 9 Agustus 2016. Direktur Utama RS Ibnu Sina dr Endang Puspitowati mengatakan pihaknya sebelumnya juga sudah berkoordinasi dengan tim ahli bayi kembar dari RSUD Dr Soetomo, Surabaya.

"Awalnya, kita ingin lakukan pemantauan kondisi bayi di sini dulu agar tetap terjaga secara sehat," kata dia.

Sementara itu, Dianto ayah almarhum bayi berkepala dua ini hanya bisa mengaku hanya bisa pasrah. "Ini semua kehendak Allah SWT, juga saya ucapkan kepada pihak rumah sakit, dan Pemerintah Kabupaten Gresik yang telah memberikan perhatian serius terhadap keluarga kami," tutur dia.

Video Terkini