Sukses

Kampak-Munjungan Pulih, Darurat Banjir Trenggalek Tetap Berlaku

Walau pulih, warga masih kesulitan beraktivitas karena air sumur tercemar lumpur dari banjir Trenggalek.

Liputan6.com, Trenggalek - Setelah bekerja delapan jam tanpa henti, jalur Kampak-Munjungan yang sempat terhalang longsor akibat banjir Trenggalek mulai bersih dan bisa digunakan warga setempat.

Bupati Trenggalek Emil Dardak menuturkan, pemulihan jalur transportasi itu lebih cepat dua hari dari perkiraan awal. "Akses kini pulih untuk 80 ribu warga Munjungan, semoga masyarakat Trenggalek bisa bangkit," kata Emil kepada Liputan6.com, Sabtu (20/8/2016).

Emil menyatakan banjir yang melanda Trenggalek sejak Rabu, 17 Agustus 2016, mulai surut. Warga juga mulai membersihkan rumah, tetapi sumur yang tercampur lumpur sulit untuk ditangani warga sendiri. Selain itu, masih banyak infrastruktur yang perlu dibenahi.

"Simpanan pangan juga rusak jadi kami fokus bantu pangan," ujar Emil.

Untuk itu, status darurat banjir yang ditetapkan sejak Jumat, 19 Agustus 2016, masih diberlakukan hingga 1 September 2016. Apalagi, BMKG memprediksi jika cuaca ekstrem masih akan melanda kawasan tersebut hingga beberapa hari ke depan.

"Cuaca tidak bisa kita prediksi, serta kerusakan aset vital publik juga masih ada," ucap Emil menambahkan.

Banjir bandang terjadi akibat hujan deras dengan intensitas tinggi yang melanda Trenggalek beberapa hari belakangan ini. Akibatnya, aliran sungai meluap dan dua daerah dilanda banjir, yakni Munjungan dan Kampak.

"Banjir Munjungan ini berlangsung dua kali, kurang lebih satu bulan lalu dan Senin (15 Agustus 2016). Banjir ini lebih diakibatkan oleh air kiriman dari pegunungan Selatan Kampak dan Barat Watulimo. Beberapa infrastruktur rusak, satu sekolah habis disapu, beberapa jembatan dan tembok penahan jalan rusak," ujar Humas Pemkab Trenggalek Yuli Priyanto, beberapa hari lalu.

"Sedangkan banjir Kampak, lebih disebabkan oleh air kiriman dari pegunungan di Kampak ke utara dan sebagian Watulimo. Banjir ini merembet dari Kampak ke Gandusari dan Pogalan. Delapan infrastruktur besar rusak parah, seperti jembatan gantung," sambung Yuli.

Delapan titik longsor juga terjadi di jalur Kampak-Munjungan. Hal ini mengakibatkan ruas jalan terputus total.

"Satu korban meninggal Ibu Sukilah (80) tertimpa reruntuhan rumahnya. Tim dan warga sudah berusaha membujuk nenek ini dievakuasi, namun nenek Sukilah tetap bersikukuh dan enggan meninggalkan rumahnya," ucap Yuli.