Sukses

TNI Diduga Pukul 3 Aktivis Bandung Saat Bubarkan Geng Motor

Komunitas Perpustakaan Jalanan Bandung kemudian melaporkan dugaan penganiayaan anggota TNI itu kepada LBH setempat.

Liputan6.com, Bandung - Tiga anggota Perpustakaan Jalanan Bandung dipukul orang yang diduga anggota TNI berpakaian sipil saat menggelar kegiatan di Taman Cikapayang, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Jawa Barat pada Sabtu malam, 20 Agustus 2016.

Dugaan pemukulan terjadi saat tentara itu dikabarkan tengah membubarkan geng motor yang berkumpul di tempat tersebut. Para anggota TNI itu dikabarkan menyisir pelaku pembunuhan anggota Kopassus, Pratu Galang, yang tewas 5 Juni lalu.

Menurut pengurus Perpustakaan Jalanan Bandung, Indra, pemukulan terhadap tiga anggotanya itu saat mereka akan membereskan buku yang digelar bersama belasan anggota yang lain.

"Sebenarnya sebelum ada penganiayaan, dari pihak TNI itu membubarkan klub motor yang ada di sebelah perpustakaan. Karena ada dari pihak TNI yang bilang, sudah kalian yang lagi jualan diam saja enggak usah bubar," ucap Indra di Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung, Jalan Sido Mulyo, Kota Bandung, Senin (22/8/2016).

"Kita di sananya lagi jualan, ya sudah kita diam. Terus selang beberapa menit datang satu orang itu yang tiba-tiba mukul teman dari arah belakang (kepala) pake HT (handy talkie) disuruh bubar," ia menambahkan.

Tentara tersebut ternyata tidak hanya memukul satu kali. Dua teman lainnya yang menanyakan perintah pembubaran itu, lanjut Indra, dipukul bertubi-tubi di area perut karena dianggap menantang.

Kegiatan Perpustakaan Jalanan Bandung yang digelar setiap Sabtu malam di Taman Cikapayang, Jalan Ir H Djuanda, Dago, Bandung. (Foto: dokumentasi Perpustakaan Jalanan Bandung)

Dia menjelaskan, dugaan kuat yang memukul anggota Perpustakaan Jalanan Bandung tersebut anggota tentara. Indra beralasan, saat penganiayaan terjadi, tidak ada seorang pun dari tentara yang berseragam turun melerai. Para anggota TNI yang bersenapan laras panjang itu naik truk bertuliskan Kodim.

Karena itu, Indra menyatakan pihaknya menyesalkan penganiayaan yang berlangsung sekitar 10 sampai 15 menit itu di ruang publik. Sebab, kegiatan mereka tidak mengganggu aktivitas umum selama dilakukan dari tahun 2010 itu di tempat yang sama.

Meski tidak berharap tentara yang diduga memukul itu dihukum, kasus penganiayaan itu sudah diadukan ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung. Indra berharap otoritas yang melakukan hal tak terpuji itu dapat mengoreksi tindakannya.

2 dari 2 halaman

Klarifikasi Kodam III Siliwangi

Sementara itu, Kodam III Siliwangi membantah pihaknya memukul salah satu anggota Komunitas Perpustakaan Jalanan saat menjalankan razia rutin di kawasan Dago, Kota Bandung pada Sabtu pekan lalu. Menurut Kapendam III Siliwangi Letkol Arh Desy Aryanto, pihaknya rutin menertibkan geng motor di Kota Bandung.

"Saya nyatakan tidak ada pemukulan oleh anggota TNI dari Kodam III Siliwangi saat menggelar razia rutin Kamtibmas di wilayah Kota Bandung. Kalaupun ada pemukulan, silakan laporkan ke Denpom dan akan ditindaklanjuti pihak Denpom," kata Desy di Makodam III Siliwangi, Kota Bandung, Senin (22/8/2016).

Menurut Desy, kegiatan perpustakaan jalanan dilakukan di tempat yang tidak selayaknya serta telah melewati jam malam. Saat razia, imbuh dia, kegiatan Komunitas Perpustakaan Jalanan berada di sebelah klub motor yang akan dibubarkan.

"Sesuai aturan jam nongkrong itu sampai pukul 22.00 WIB. Saat razia waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Saat hendak dibubarkan, Komunitas Perpustakaan menolak, sehingga kita lakukan tindakan," Desy menjelaskan.

Dia kembali menegaskan, kegiatan yang dilakukan oleh pihaknya murni bertujuan untuk mencegah kejahatan geng motor. "Kita tidak bermaksud membubarkan Komunitas Perpustakaan, baik itu mengenai buku-bukunya dan aktivitasnya. Razia ini murni razia kendaraan bermotor. Kalaupun itu benar perpustakaan, masa di tempat remang-remang dengan lampu yang redup?" ucap dia.

Di samping itu, dia pun menyayangkan Komunitas Perpustakaan Jalanan yang mengumbar pengakuan pemukulan di media sosial.

"Tak usah mengumbar di socmed (social media), silakan lapor saja ini era keterbukaan. Namun jangan juga laporan itu dibuat-buat, dengan memukul dulu para korban lalu lapor ke Denpom. Kami TNI terbuka, namun bila laporan itu salah maka kami merasa tercemar dan akan melaporkan balik jika memang laporan dugaan penganiayaan mengada-ada," ujar Desy.