Sukses

Perokok Bakal Pilih Bako Mole, Bupati Senang Harga Rokok Naik

Wacana kenaikan harga rokok masih menuai pro-kontra.

Liputan6.com, Purwakarta - Wacana kenaikan harga rokok masih menuai pro-kontra. Namun Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menilai, rencana pemerintah ini berdampak baik bagi industri tembakau rumahan.

Dedi menilai perokok yang berpenghasilan menengah ke bawah tidak bakal mampu membeli rokok hasil produksi pabrik dalam negeri maupun merek impor. Dengan demikian, mereka akan beralih menghisap tembakau hasil produksi rumahan, seperti tembakau--atau yang lebih dikenal dengan nama bako mole, tembakau tampang tradisional dengan lintingan daun aren atau kertas papir.

"Saya kira kenaikan harga rokok dampaknya bisa positif untuk industri tembakau rumahan. Perokok kelas menengah dan kelas bawah, saya yakin akan beralih mengisap rokok tradisional, yang bisa dilinting pakai 'daun kawung' (daun aren) atau kertas papir seperti orangtua dulu," Kata Dedi di Purwakarta, Jawa Barat, Senin, 22 Agustus 2016.

Dia juga beranggapan selama ini pengusaha rokok pabrikan jauh lebih mendapat keuntungan dari industri rokok dibanding petani tembakau.

"Kalau segmennya sudah bergeser, saya yakin petani tembakau akan mendapat keuntungan yang besar. Karena saluran produksi dan distribusi rokok menjadi lebih pendek. Harga rokok tradisional dapat bersaing, petani tembakau juga sejahtera," ujar dia.
 
Sebelumnya, Dedi melalui akun Facebook dan Twitter serta Instagram pribadinya mem-posting tentang wacana kenaikan harga rokok ini.

Melalui ketiga akunnya tersebut, bupati yang selalu mengenakan pakaian khas Sunda itu mengatakan, "Harga Rokok Rp 50 ribu, siap-siap bako mole, bako tampang, kertas papir kebanjiran pesanan. Perokok pun pasti ngahuleng (melamun) setiap malam."

Posting-an tentang rokok itu pun mendapatkan respon pro dan kontra dari para pengikutnya.