Liputan6.com, Pemalang - Wacana pemerintah untuk menaikkan harga rokok dua kali lipat menjadi Rp 50 ribu per bungkus. Hal ini juga mendapatkan perhatian serius dari petani tembakau.
Saat ini harga tembakau di tingkat petani terpuruk, yakni Rp 1.000 per kg. Petani tembakau di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah misalnya. Mereka meminta, jika benar-benar harga rokok naik, maka harga tembakau juga harus naik. Â
"Kalau pemerintah mau menaikkan harga rokok per bungkusnya sampai Rp 50 ribu, bantu dulu stabilkan dan menaikkan harga tembakau yang saat ini hancur," ucap Slamet 50 tahun, petani di Desa Karangsari, Kecamatan Pulosari, Pemalang, Jateng, Senin 22 Agustus 2016. Â
Petani, kata dia, merugi karena hasil panen tidak sebanding dengan modal tanam. Mereka tak mengerti mengapa harga tembakau bisa anjlok. Padahal kualitas tembakau yang dihasilkan bagus.Â
Baca Juga
Advertisement
Ia menambahkan, untuk lahan satu hektare, petani harus mengeluarkan modal sebesar Rp 5 juta. Yakni, mulai dari proses tanam hingga panen. Jika panen bagus seperti biasa dapat menghasilkan 3 ton tembakau.
"Terus terang saya menilai kalau pemerintah menaikkan harga rokok hanya sebagai upaya menaikkan pendapatan negara. Dan juga hanya menguntungkan perusahaan rokok. Sementara kenaikan rokok itu kan tidak membawa dampak positif bagi petani," sambung dia. Â
Hal senada juga diungkapkan petani tembakau di Pemalang Jateng lainya, Wadi 42 tahun.
Menurut dia, kenaikan harga rokok semestinya diimbangi dengan kenaikan harga tembakau. Saat ini, petani tembakau merugi hingga puluhan juta karena harga yang terus anjlok hingga Rp 1.000 per kg. Padahal, harga normal tembakau antara Rp 5.000-6.000 per kg. Â
"Kalau harga rokok dinaikan menjadi Rp 50 ribu per bungkus, ya harusnya tembakau juga harus naik sampai Rp 25 ribu per kg," ucap Wadi. Pulosari Pemalang Jateng merupakan sentral tanaman tembakau. Sedangkan untuk hasil panen, para petani biasanya menjual ke daerah Wonosobo Jateng.