Sukses

Sumsel Jadi Tuan Rumah Bonn Challenge III

Para peserta akan dibawa langsung menyaksikan kawasan yang rusak terbakar dengan kondisi hewan yang hampir punah.

Liputan6.com, Jakarta - Sumatera Selatan dipastikan menjadi tuan rumah forum internasional restorasi lanskap Bonn Challenge III pada Juli 2016 dengan diikuti delegasi dari 50 negara.

Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin di Palembang, Jumat, mengatakan, terpilihnya Kota Palembang, Sumatera Selatan sebagai lokasi penyelenggaraan karena tak lain peran penting yang ditunjukkan pada Bonn Challenge II di Bonn, Jerman, Maret 2015.

"Saat itu saya bicara, mengapa pertemuan yang membahas mengenai lingkungan ini diselenggarakan di Kota Bonn yang dikenal sebagai kota yang sangat cantik, bersih, dan banyak gedung indah berusia ratusan tahun. Mengapa tidak dilaksanakan di suatu kota yang benar-benar lingkungannya sudah terancam," kata Alex dilansir dari Antara, Jumat, (27/8/2016). 

Ia melanjutkan, jika saja pertemuan ini digelar di Palembang, Sumatera Selatan maka para peserta akan dibawa langsung untuk menyaksikan suatu kawasan yang rusak terbakar dengan binatang seperti harimau dan gajahnya yang hampir punah.

Dengan begitu para peserta akan benar-benar merasakan bagaimana dampak dari kerusakan lingkungan. "Ternyata, omongan saya itu direspon positif dan Palembang pun ditunjuk sebagai penyelenggara yang ke-3," kata mantan Bupati Musi Banyuasin ini.

Untuk itu, pemerintah provinsi akan menyiapkan acara sedemikian rupa selama dua hari dengan membidik kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebagai daerah yang akan dikunjungi langsung oleh para delegasi.

Rencananya, para peserta akan satu hari berada di Palembang untuk mengikuti forum resmi, dan satu hari di OKI untuk melihat areal yang terbakar pada 2015. "Nanti peserta akan tetap menginap di Palembang, di OKI hanya berkunjung saja karena di sana fasilitas hotel belum memadai," ujar Alex.

Sumatera Selatan merupakan provinsi perintis di Indonesia yang menginisiasi model pengelolaan lanskap/ekoregion berbasis ekosistem hutan dalam konsep `green growth depelovment`.

Provinsi ini menarik perhatian dunia internasional pada 2015 karena terjadi kebakaran hutan dan lahan yang hebat dengan menghanguskan 736.563 hektare, dan 74 persen dari yang terbakar itu berada di dalam area konsesi perkebunan Hutan Tanam Industri.