Sukses

Bandung Siap Jadi Ikon Pariwisata Halal

Indonesia masih tertinggal dari Singapura soal pariwisata halal.

Liputan6.com, Bandung - Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat Deddy Mizwar menyatakan Kota Bandung siap menjadi ikon pariwisata halal.

"Wisata halal bisa dikembangkan di Jabar, kita siapkan semuanya seperti masalah sertifikasi halal, daerah. Dan Kota Bandung siap jadi wisata halal," kata Deddy Mizwar di sela Seminar Internasional Pariwisata Halal di Aula Barat Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis (1/9/2016).

Dia menilai potensi pariwisata halal di Indonesia sangat besar jika dikembangkan dengan baik karena hampir mayoritas penduduknya beragama muslim. Terlebih investasi yang dibutuhkannya juga tidak terlalu besar.

Namun, kata dia, walaupun Indonesia menjadi negara muslim terbesar di dunia, perkembangan pariwisata halalnya masih kalah oleh negara tetangga yang nonmuslim, seperti Singapura.

"Nah itu dia, wisata halal di Singapura itu ternyata bisa menjadi yang terbaik di dunia," kata dia.

Menurut dia, belum optimalnya pariwisata halal di Indonesia salah satunya dikarenakan kurang menariknya kemasan yang ditampilkan.

"Saya kira wisata halal di kita itu problem utamanya adalah kemasan, pelayanannya kurang baik. Ini harus harus kita perbaiki jika ingin mengembangkan wisata halal," tutur Deddy.

Lebih lanjut ia mengatakan konsep pariwisata halal ini ternyata mudah diterima semua kalangan. Tapi jangan sampai melupakan aturan aturan Islam, seperti sarana dan prasarana pariwisata yang harus mengedepankan nilai-nilai Islami.

"Sebagai contoh, hotel diwajibkan tidak menyediakan makanan/minuman beralkohol, kolam renang, serta fasilitas spa yang terpisah untuk pria dan wanita. Kemudian tampilan keseniannya pun harus diinovasi. Jabar kan kaya tuh akan kesenian," ujar Deddy.

Ketua Pusat Halal Salman dan Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB Syarif Hidayat mengatakan, sejak 2004 pariwisata halal terus mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia. Sehingga bisa saja nantinya sektor pariwisata halal ini menjadi penyumbang devisa pertama atau kedua bagi Indonesia.

"Kita berharap pada dekade mendatang pariwasata halal akan menyumbang devisa nomor satu atau dua di kita. Dan itu karena bahannya tidak perlu impor dari luas. Tinggal mengemasnya dengan baik," ucap Deddy.

Kata halal, kata Syarif, jauh lebih mudah diterima oleh dunia dibandingkan dengan kata syariah.