Liputan6.com, Malang – Bonadi berteriak histeris dan berkali–kali jatuh pingsan saat tiba di Kamar Mayat Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang, Jawa Timur. Itu setelah ia tahu putri sulungnya, Nadya Bella Anggreani ditemuinya tewas setelah menghilang jelang masa orientasi kampus.
"Anakku, itu anakku. Saya mengenali dari baju yang dipakainya," teriak Bonadi histeris di pelataran kamar mayat RSSA Malang, Kamis petang, 1 September 2016.
Bonadi, Warga Jalan Bukirsari, Kelurahan Tulusrejo Lowokwaru, Kota Malang itu semakin yakin jika jasad yang sudah sulit dikenali itu adalah putrinya saat ditunjukkan sebuah helm. Polisi dan tim SAR pun harus membopong Bonadi saat ia kembali pingsan kesekian kalinya.
Nadya Bella Anggraeni baru saja diterima di Diploma 3Â Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang. Padahal, anak ke-1 dari tiga bersaudara itu seharusnya menjalani orientasi pengenalan kampus pada Senin, 5 September 2016 mendatang.
Nadya ditemukan sudah tak bernyawa pada Kamis siang oleh warga di sebuah ladang liar di Desa Klandungan Dau, Kabupaten Malang. Jasadnya tertutup ilalang dengan kondisi tubuh sudah rusak dan mengeluarkan bau tak sedap.
Tak ada kartu identitas yang bisa ditemukan dalam tubuh korban. Hanya baju yang dikenakan dan helm yang menjadi alat pengenal gadis berusia 18 tahun tersebut.
Teman Pria Misterius
Korban diketahui sudah tak pulang ke rumah sejak Sabtu malam, 27 Agustus 2016. Penelusuran ke sejumlah sumber, korban pada Jumat, 26 Agustus 2016, sempat keluar dengan teman prianya dan kembali pulang. Keesokan harinya, ia kembali keluar rumah setelah dijemput pria tak dikenal dan selanjutnya tak pernah kembali pulang.
Advertisement
Baca Juga
Kasat Reskrim Polres Malang, AKP Adam Purbantoro mengatakan, telah memanggil lima orang saksi yang seluruhnya adalah orang dekat korban untuk dimintai keterangan. Kepolisian belum dapat memastikan motif dari kasus ini.
"Kami masih terus mendalami kasus ini. Belum bisa menyimpulkan apakah korban dibunuh dan diperkosa atau apa motif kasus ini," ujar Adam.
Hasil autopsi di RSSA Malang menunjukkan korban mati lemas dengan ciri–ciri secara medis kukunya membiru. Pada pelipis kiri juga terdapat luka seperti bekas pukulan. Kepolisian kini menunggu pemeriksaan patologi untuk mengetahui kondisi tubuh korban lebih lanjut.
"Hasil autopsi, diperkirakan korban sudah meninggal antara 4 – 5 hari yang lalu. Bisa jadi korban tewas karena dibekap atau dicekik jika melihat hasil otopsi yang menunjukkan mati lemas," urai Adam.
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Fauzan juga datang ke kamar mayat RSSA Malang. Ia menunggu hasil pemeriksaan kepolisian untuk kepastian apakah korban benar mahasiswa baru kampus tersebut.
"Kami tunggu informasi resmi dari kepolisian. Tapi benar orangtua korban sempat ke kampus untuk mencari anaknya karena beberapa hari tak pulang," ujar Fauzan.