Liputan6.com, Pekanbaru - Beredarnya foto-foto pejabat utama nongkrong bersama dengan direktur perusahaan sawit yang lahannya terbakar di sebuah lounge hotel di Pekanbaru membuat warga Riau heboh. Independensi Polda dalam menangani kasus kebakaran hutan dan lahan semakin dipertanyakan.
Apalagi, perusahaan sawit tersebut juga pernah berurusan dengan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau karena diduga menyerobot ribuan hektare tanah di hutan produksi terbatas (HPT) di Kabupaten Rokan Hilir, Riau.
Tak ingin pencitraan negatif semakin liar, Polda Riau melalui pejabat-pejabat yang terdapat di foto yang beredar itu menggelar konferensi pers. Pejabat yang hadir adalah Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Riau Kombes Surawan dan Kapolresta Pekanbaru Kombes Toni Hermawan.
"Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Riau (Kombes Rivai Sinambela) tak bisa hadir. Beliau tengah berada di Jakarta," ujar Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo, Jumat (2/9/2016).
Kombes Surawan tak menampik dirinya memang berada di foto yang beredar tersebut. Dia juga mengakui adanya petinggi perusahaan tersebut karena bertemu di lounge hotel tersebut.
"Selain saya, ada juga Pak Toni, ada Pak Dirsus (Rivai) kemudian ada Kasubdit II dan III Reskrimum, serta seorang perwira polisi dari Paminal Div Propam Mabes Kombes Hendrawan," tutur Surawan.
Baca Juga
Surawan menyebut pertemuan itu terjadi secara spontan dan tidak direncanakan. Lokasi pertemuannya di lounge Grand Central Hotel lantai 7, Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru Riau, beberapa waktu lalu.
"Tidak ada janjian, ketemu langsung di sana," ucap dia.
Dia menyebutkan, keberadaan dirinya di hotel tersebut tengah membahas analisis dan evaluasi (Anev) kerusuhan di Mapolres Kepulauan Meranti Riau yang menyebabkan tewasnya seorang polisi, seorang pegawai honorer dan seorang warga ketika berdemo.
"Saya dan beberapa Kasubdit dan perwira Paminal Mabes membahas situasi itu karena Reskrimum Polda Riau yang menangani kasusnya," kata Surawan.
Usai membahas itu, Surawan dan rekan polisinya menuju ke lounge hotel dan berniat membahas apa yang kurang. Setibanya di sana, Surawan dan rekannya mengambil meja untuk duduk.
Di meja lain, ada pemilik hotel bersama direktur perusahaan yang diketahui berasal dari PT APSL. Perusahaan itu merupakan salah satu dari dua perusahaan pemilik lahan yang sedang diusut terkait kasus tewasnya anggota TNI saat memadamkan lahan terbakar.
Selain direktur perusahaan sawit, Surawan menyebut ada pula pemilik showroom mobil dan beberapa pengusaha lainnya.
"Karena sebelumnya sudah kenal dengan pemilik hotel, kami menghampiri meja itu. Memang sempat duduk dan hanya sebentar dan kami kembali ke meja yang semula," ujar Surawan.
Bantah Kongkow Bareng
Terkait kehadiran Dirkrimsus Kombes Rivai Sinambela, menurut Surawan, karena ingin meminta saran dan pendapat. Pasalnya, Rivai merupakan senior angkatan Akpol dan pernah menjabat Dirkrimum Polda Riau.
"Meminta saran karena beliau pernah menjabat Dirkrimum Polda Riau," jelas Surawan.
Sedangkan, kehadiran Kapolresta Pekanbaru Kombes Toni Hermawan, kata Surawan, sengaja dipanggil karena semata rekan satu angkatan di Akpol. Hal itu juga dibenarkan Toni. Dia menyebut kehadirannya dipanggil oleh Surawan dan Kombes Hendrawan.
"Jadi, Hendrawan itu merupakan satu angkatan saya serta merupakan tetangga di Bandung. Sudah lama tak bertemu, makanya saya datang," ucap Toni singkat.
"Jadi, kami ini satu angkatan semua. Saya, Pak Toni dan Pak Hendrawan. Makanya ngumpul," timpal Surawan menambahkan.
Terkait ada tudingan 'kongkow-kongkow' dengan direktur perusahaan supaya kasusnya dihentikan, Surawan membantah keras. Menurutnya, penyelidikan perusahaan bukan wilayah tugas direktoratnya.
"Saya ini Dirkrimum, sementara kasus kebakaran ditangani Krimsus Polda Riau. Dan terkait kehadiran Dirkrimsus untuk meminta saran terkait kasus di Meranti," ucap Surawan.
Dengan penjelasan ini, Guntur Aryo Tejo menghimbau masyarakat tidak memberi penilaian negatif terkait beredarnya foto tersebut. Dia menegaskan, kasus kebakaran lahan merupakan atensi.
"Kasus Karhutla menjadi atensi pimpinan. Dan perusahaan diduga terlibat terus diusut," ujar Guntur.
Dalam foto tersebut, ada gelas kecil yang dipegang para pejabat polisi yang biasa digunakan untuk menenggak minuman keras. Namun, Polda Riau menolak menanggapi dugaan minuman keras dalam pertemuan itu.
Advertisement