Sukses

Kakek Tarjo Hidup Sebatang Kara di Gubuk Bekas Kandang Kambing

Terkadang, nasi aking pun Kakek Tarjo lahap jika tidak ada lagi beras untuk dimasak. Namun dia tak mengeluh sama sekali.

Liputan6.com, Brebes - Kakek Tarjo (72) hidup sebatang kara di sebuah gubuk reyot bekas kandang kambing dan makan seadanya. Makanan yang mengisi perutnya seringkali didapat dari belas kasihan para tetangga.

Bahkan terkadang, nasi aking pun dia lahap jika tidak ada lagi beras untuk dimasak. Warga Desa Kebogadung, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah itu terpaksa tidur di gubuk reotnya setelah berpisah dengan istri serta anak-cucunya sejak empat tahun terakhir.  

Gubuk reot yang ditinggali Kakek Tarjo hanya berukuran 1,5 x 2,5 meter. Bangunan gubuk yang terbuat dari bambu itu kondisinya hampir roboh. Untuk tidur, dia mengandalkan tikar bekas dan kasur kapuk tipis serta bantal karung beras.   

Karena belum ada aliran listrik di kediamanya, setiap malam kakek Tarjo harus berkalang kegelapan. Ia hanya mengandalkan sebuah lampu teplok minyak untuk mendapatkan cahaya di dalam rumahnya. 

Namun sang kakek tak mengeluh sama sekali.

"Mboten nopo-nopo kula tinggal teng dalem mriki (tidak masalah saya tinggal di rumah ini) Alhamdullilah disyukuri mawon (saja)," ucap Kakek Tarjo di kediamanya, Brebes, Jawa Tengah.  

(Fajar Eko Nugroho/Liputan6.com)

Tapi ada satu yang bikin si kakek khawatir. Yakni setiap hujan turun. Karena atap rumahnya banyak yang berlubang, air hujan bakal membasahi satu-satunya ruangan.

"Kalau hujan nggih ngiup rumiyin (kalau hujan ya berteduh dulu), kasurnya digulung terus berdiri sambil berlindungi di bawah atap yang tidak bocor," sambung dia.

Untuk urusan kamar mandi jangan ditanya. Kakek Tarjo harus menumpang tetangga.

"Nimbo banyu teng sumur tetangga mriku, kalihan ember cilik ngangsu digawa maring umah (nimba air di sumur tetangga, pakai ember kecil ambil air di sumur tetangga," tutur dia.  

(Fajar Eko Nugroho/Liputan6.com)

Ditinggal Anak-Istri

Di usianya yang sudah tua dan renta, Kakek Tarjo terpaksa bekerja serabutan. Kondisi fisik yang sudah rapuh tak menjadi penghalang baginya untuk menjadi buruh panggul. Sesekali si kakek juga membantu tetangga menggarap sawah.  

"Nggih nek wonten gawean, nggih mangkat (ya kalau ada pekerjaan ya saya berangkat)," imbuh dia.  

Tapi jika sedang tak ada panggilan kerjaan, pria sepuh itu gigih mengumpulkan dahan dan ranting-ranting kering yang diambil di sekitar rumahnya.

"Sampun jarang kerja serabutan lagi, sakmeniko sampun sepuh (sudah jarang kerja serabutan lagi, karena sudah tua," tutur Kakek Tarjo.

Dia bercerita, dahulu memiliki seorang istri dan tiga anak. Namun karena suatu persoalan, istri dan tiga anaknya pergi meninggalkan Tarjo seorang diri.  

Harapan satu-satunya tertumpu pada anak bungsunya. Namun sayangnya sudah 2 tahun belakangan tidak ada kabar berita. Â