Liputan6.com, Yogyakarta - Sepetak lahan berukuran tidak lebih dari 100 meter persegi yang berada di tengah areal Festival Kesenian Yogyakarta ke-28 (FKY 28) Taman Kuliner Condongcatur, Sleman, ramai dipenuhi orang selepas maghrib. Di panggung itu, para musikus bergantian naik turun memainkan instrumen.
Para penonton berjubel di kursi besi yang disediakan di bawah pentas. Mereka menggeleng-gelengkan kepala, bersenandung, dan sesekali berteriak, tanpa ada satu pun gaung alat musik yang terdengar dari tempat itu.
Dari luar area, para penonton lebih mirip dengan sekumpulan orang gila. Mereka asyik sendiri tanpa memedulikan sekitarnya. Namun, saat diamati lebih dekat ternyata ada headphone yang melekat di telinga mereka.
Sesuai namanya, area itu diberi label Panggung Senyap. Sudah dua kali FKY menghadirkan tontonan yang tidak lazim.
Berbeda dengan tahun lalu, Panggung Senyap kali ini lebih segar dengan hadirnya 40 pengisi acara dari berbagai influence yang siap memukau pengunjung FKY 28. Sebelumnya, panggung ini hanya muncul beberapa kali saja selama pelaksanaan FKY. Kali ini, Panggung Senyap hadir setiap hari sampai FKY berakhir pada 9 September mendatang.
Baca Juga
Para penampil yang memeriahkan panggung senyap ini adalah Marylou, Daneto Danardon, Chelovek, Seahorse, Archiblues, YY, Talking Coasty, Sailor and The Waves, Jeraharu, A National Acrobat, Kavvah, Alur Maju, Answer Sheet, Goodnite Honey, Rarya, Temaram, Nausea, Robbrs, Horse Shoe, To Die, Clavage, Rio Faradino dan masih banyak lagi.
"Panggung Senyap adalah sebuah konsep panggung pertunjukan tanpa tata suara. Penonton akan diberikan sebuah fasilitas untuk dapat menikmati pertunjukan ini," ujar Ketua FKY 28 Ishari Sahida, Sabtu malam, 3 September 2016.
Ia menjelaskan sekalipun panitia FKY meminjamkan headphone kepada para penonton, pengunjung yang ingin menikmati suguhan musik dengan kemasan unik ini dapat membawa sendiri headset atau headphone dan menyambungkan dengan frekuensi 107.8 radio FM yang dibawanya.
Panggung senyap diadopsi dari pergelaran musik silent disco. Bedanya, silent disco yang berasal dari Eropa dalam kurun waktu satu dekade terakhir mengedepankan musik elektronik atau DJ set. Sementara, panggung senyap memilih untuk berkolaborasi dengan berbagai jenis pertunjukan, seperti scoring film, band, musikalisasi puisi, dan sebagainya.
Merujuk dari sejarahnya, sebelum istilah silent disco dikenal banyak orang, pada 1997 musisi elektronik dari Paris bernama Erik Minkkinen menyiarkan pertunjukannya secara langsung ke Jepang. Streaming, sebutan yang populer saat ini.
Dua tahun kemudian, band asal Amerika Serikat Flaming Lips menggunakan frekuensi FM di areal konsernya dan mengajak penonton untuk mendengarkan melalui headphone.
Pertunjukan ini diharapkan memberi pengalaman mendengarkan musik yang lebih intim, antara penonton dan musisinya tanpa distorsi dan langsung diterima.
Advertisement