Sukses

Ojek Difabel Jogja Berani Bagi Hasil 90:10

Setelah Jogja, Ojek Difa segera merambah tiga provinsi lain, yakni Jawa Tengah, Bali, dan Jawa Barat.

Liputan6.com, Yogyakarta - Ojek Difabel Difa City Tour and Transport mulai diterima masyarakat, khususnya para difabel. Para difabel dapat menggunakan sistem transportasi yang dikendarai difabel juga sejak Juli 2015.

Triyono, pendiri Difa, mengatakan demi memudahkan dan memberi kenyamanan para pengguna layanan Difa, pihaknya sudah menyusun strategi. Salah satunya membuat aplikasi Difa yang akan dilansir dalam waktu dekat.

"Sebulan lagi akan muncul aplikasi walaupun tidak secanggih Go-Jek, tapi akan memudahkan teman-teman Difa. Nanti ada produk teman-teman Difa bisa diakses. Mungkin yang pengin beli sepatu, dompet, beli ada di situ. Produk Difa bisa dibeli," ujar Triyono di kantor Difa Pakualaman, Sabtu, 3 September 2016.

Triyono mengatakan saat ini ia memiliki 15 pengemudi Difa. Dalam waktu dekat, ia akan merekrut 40 orang pengemudi difabel lagi.

Tahun ini ia menargetkan akan ada 100 driver di Kota Yogyakarta. Menurut dia, pasar jasa seperti Difa sangat besar. Potensi ini tidak akan disia-siakan oleh Difa.

"Pasar difabel di Jogja saja 35 ribu, belum turis 400 ribu. Belum umum. Traffic setiap tahun mahasiswa masuk Jogja 500 ribu. Kita juga kerja sama dengan homestay sekarang. Kalau di-booking enam, sisanya ya ngos-ngosan," kata Triyono.

Triyono mengatakan saat ini potensi Difa meraih pasar difabel cukup tinggi. Terhitung 35 ribu tunadaksa menjadi sumber ekonomi. Sebanyak sepuluh ribu di antaranya merupakan tunanetra. Potensi ini menjadi sumber kekuatan dari Difa.

"Dia nanti konsumen, tapi kita ada juga massage. Kita juga kerja sama dengan homestay ada fasilitas massage. Paket plus antar jemput plus pijat Rp 80 ribu, jadi kita yang atur pemijatnya 50 ribu, sisanya driver," kata Triyono.

2 dari 2 halaman

Layanan Berkembang

Ia menyebut Difa akan berkembang menjadi beberapa layanan dengan layanan utama transportasi. Nantinya akan ada kargo pengiriman dokumen, kuliner, fashion hingga jasa lainnya. Dengan sistem yang dibentuk diharapkan seluruh difabel akan terlayani dan terangkul semua.

"Saya yakin pemberdayaan seperti ini, kalau dikopi bisa berkembang, ada 11 juta difabel di Indonesia (yang bisa berdaya)," kata dia.

Triyono berharap dengan Difa ini seluruh difabel di Indonesia dapat juga merasakan. Ia akan memulai program serupa Difa di tiga provinsi di Indonesia. Ia berharap Difa dapat tersebar di setiap kota di Indonesia.

"Seluruh kota di Indonesia, terutama populasi difabel paling banyak. Nanti tanggal 11 September roadshow ke Solo, Semarang, Jateng, dulu, habis itu Bali lalu Bandung," ujar dia.

Triyono menjelaskan Difa ini memiliki sistem bagi hasil 90:10. Sistem ini bertujuan agar para difabel ini dapat cepat berdaya dengan baik.

Sistem ini sudah final setelah sistem bagi hasil awalnya 50:50 lalu 70-30. Sistem ini nantinya akan ia tularkan di masing masing daerah sehingga dapat segera dirasakan manfaatnya.

"Saya akan didik jenderal di Bali, siapa di mana siapa. Kalau pelanggan terbentuk lalu repeat order terbentuk, maka sistem ini mulai jalan. Kalau repeat order enggak terbentuk, secara bisnis enggak jalan," kata dia.

Triyono mengatakan Difa menjadi alat kampanye sosialisasi yang hebat dan baik selama ini. Bahwa menjadi difabel bukan masalah biasa. Sebab, setiap orang berpotensi menjadi difabel. Hanya orang itu siap tidak dengan keadaan seperti itu.

"Disabilitas itu hanya cara hidup yang berbeda. Karena tiap orang berpotensi jadi difabel. Apa pun keyakinanmu, rasmu berpotensi jadi difabel, dan di saat kita menyayangi difabel itu, kan sisipan doa saya bersyukur masih diberi kenikmatan seperti ini dan tidak ingin menjadi seperti difabel," kata Triyono.