Liputan6.com, Tegal - Bedor, 38 tahun, petani Desa Entak, Kecamatan Ambal, Kebumen, Jawa Tengah, terkena ledakan dari pecahan granat yang digunakan TNI AD untuk latihan perang. Selama ini, petani setempat menolak kawasan yang dikenal dengan Urut Sewu itu untuk latihan militer.
"Korban demi korban terus berjatuhan, kini ada lagi yang terkena bekas granat TNI AD," kata juru bicara Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan (FPPKS), Aris Panji, Kamis, 8 September 2016.
Kejadian ini merupakan pengulangan yang terjadi beberapa tahun lalu. Saat itu tiga anak tewas karena menemukan bekas peluru mortir di pantai yang habis digunakan latihan militer.
Advertisement
Aris menjelaskan, Bedor menderita tiga luka serius pada lengan kanannya. Bedor lalu dibawa ke RSUD Kebumen dan selanjutnya dirujuk ke Rumah Sakit Tentara (RST) Magelang
Baca Juga
Namun, Bedor sulit ditemui karena mendapat penjagaan ketat dari tentara. "Kami kesulitan memperoleh data kejadian sebenarnya," Aris menambahkan.
Menurut Aris, pihaknya juga kesulitan untuk mendapat keterangan siapa saja yang bersama Bedor sewaktu kejadian. Sebab, lokasi pelatihan militer juga dijaga lebih ketat pascainsiden tersebut.
Versi TNI AD
Adapun versi tentara, menurut Aris, Bedor sudah diperingatkan oleh petugas yang berjaga supaya tidak mengarah ke selatan desa lantaran ada pelatihan mortir TNI. Namun, Bedor dan beberapa petani lain tetap mengarah ke selatan yang saat itu sedang digunakan untuk pelatihan militer.
Aris juga mengaku heran kenapa dalam keterangan yang diperolehnya, korban Bedor terkena pecahan granat. Sebab, dari pengumuman oleh militer setempat, pelatihan yang dilakukan adalah pelatihan mortir, bukan yang lain.
Dia menambahkan, hingga saat ini FPPKS masih mengumpulkan data sebanyak mungkin untuk menemukan fakta kejadian. FPPKS juga tengah mencari siapa rekan yang saat itu bersama dengan Bedor.
Sementara itu Abdul Haris Almasyhari, anggota Komisi I DPR RI mengatakan, ia sudah melihat langsung lokasi lahan sengketa Urut Sewu tersebut.
"Ini memang sudah menjadi isu serius di tingkat nasional," ujar Haris.
Sengketa Lahan Harus Tuntas
Namun, hingga saat ini persoalan di kawasan tersebut masih belum juga selesai. Kebetulan saat ini Komisi I DPR tengah menggodok Rancangan Undang-Undang Pertahanan Negara, di mana setiap konflik sengketa lahan di beberapa daerah harus segera diselesaikan.
Komisi I DPR, Haris menjelaskan, sangat serius menuntaskan persoalan yang sudah berlangsung cukup lama. Sebab, konflik di Urut Sewu tidak menguntungkan siapa pun terutama jika terus berlarut. Bagi masyarakat, konflik mengganggu kenyamanan dan bagi TNI konflik mengganggu tugas dan program peningkatan profesionalisme prajurit.
Bupati Kebumen HM Yahya Fuad turut angkat suara. Ia mengatakan, ada beberapa faktor yang memicu penolakan warga terhadap lokasi latihan TNI AD.
"Antara lain pengajuan sertifikasi tanah, pembangunan gapura pintu masuk pantai wisata, serta rencana proyek pasir besi," tutur Haris.
Ia menjelaskan, ada faktor pendukung seperti rencana pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan yang juga akan berdampak pada beberapa bagian di kawasan itu. Pemkab juga sudah membentuk tim mediasi untuk menyelesaikan persoalan. Mereka sudah bekerja satu tahun.
Sementara, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Jaswandi mengatakan, kawasan latihan perang Urut Sewu memiliki peranan strategis bagi profesionalisme TNI. Bahkan, hampir tidak ada prajurit TNI yang tidak pernah mengikuti latihan di Urut Sewu di bibir pantai sepanjang 23 kilometer.
Jaswandi juga mengakui selama ini memang ada sejumlah warga yang menolak. Namun dia mengaku tidak mempersoalkannya.
"Kami memastikan selalu melakukan sosialisasi dari setiap proses yang dilakukan, pihaknya juga melakukan pendekatan secara dialogis, pendekatan hukum dan pemberdayaan masyarakat," Pangdam Diponegoro memungkasi.