Sukses

Monolog Pertempuran Surabaya Tanpa Fragmen Robek Bendera Belanda

Monolog akan berpusat di sekitar Jalan Tunjungan Surabaya dan tanpa menutup lalu lintas pada sore ini.

Liputan6.com, Surabaya - Untuk mengenang peristiwa pertempuran hebat di Surabaya pada 19 September 1945 silam, sejumlah komunitas berencana menggelar Festival Merah Putih pada hari ini. Kegiatan tersebut merupakan yang keempat kalinya diselenggarakan warga Surabaya.

Pemrakarsa kegiatan Ananto Sidohutomo menuturkan kegiatan itu bertujuan mengenang dan menghormati semangat patriotisme arek Suroboyo yang gugur dan terluka dalam mempertahankan kemerdekaan saat itu.

"Yang paling penting dalam berkegiatan ini yang menjadi lakon adalah tentu saja sejarah peristiwa pertempuran bendera ini sendiri 19 September tahun 1945 dan pelaku-pelakunya para patriot yang sudah gugur yang memperjuangkan NKRI. Itu lakonnya," tutur Ananto dalam jumpa pers di Ruangan Bromo, Hotel Majapahit, Sabtu, 17 September 2016.

Kegiatan yang melibatkan komunitas Tunjungan Ikon Surabaya, Karang Taruna RW IV Ketandan Surabaya dan Komunitas Onthel Sepeda Tua Indonesia (KOSTI) itu akan berpusat di Jalan Tunjungan. Selama monolog berlangsung, panitia tidak akan menutup arus lalu lintas di sepanjang Jalan Tunjungan.

"Ini adalah aktualisasi diri semua masyarakat Surabaya untuk mengenang peristiwa 19 September 1945 itu, lalu lintas tetap berjalan normal," ujar Ananto.

Ananto menuturkan pertempuran yang disertai perobekan bendera Belanda yang berkibar di atas Hotel Yamato, sekarang Hotel Majapahit, itu merupakan inspirasi perlawanan rakyat melawan penjajah.

"Pertempuran 19 September 1945 ini sendiri itu sendiri sudah diakui sebagai cikal bakal awal dan inspirasi perlawanan rakyat seluruh negeri ini adalah kontak senjata antara rakyat yang mempertahankan kemerdekaan dalam melawan agresor asing," tutur dokter sekaligus budayawan Surabaya itu.

Monolog Tanpa Robek Bendera

Adapun rangkaiannya kegiatan monolog ke IV "Pertempuran Bendera" dalam rangkaian Festival Merah Putih 1 ini nantinya akan diadakan di situs menara bendera sisi utara Hotel Majapahit Surabaya, pukul 20.00 hingga pukul 21.00 WIB.

Selain itu, juga akan ada panggung orasi budaya Merah Putih Arek-Arek Suroboyo yang digelar di depan Gedung Badan Pertahanan Nasional (BPN) yang dimulai sejak pukul 16.00 hingga 22.00 WIB.

Sementara, panggung orasi tiga menitan tokoh Surabaya bertajuk "Merah Putih Jiwa Ragaku" akan digelar di Flag Terace atau Teras Bendera Lantai II Hotel Majapahit, Tunjungan Surabaya, pukul 18.00 hingga 20.00 WIB.

Puncak dari festival ini sendiri adalah pentas monolog yang di gelar di situs menara sisi utara Hotel Majapahit yang akan dibawakan Ananto selaku penggagas awal kegiatan tersebut sejak empat lalu.

"Tahun pertama kita gelar monolog yang ikut sekitar 150 orang, tahun kedua ratusan, lalu di tahun ketiga sudah ribuan yang ingin berpartisipasi. Oleh karena itu di tahun keempat, kami buat festival supaya bisa menampung masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam mengenang peristiwa penting ini," kata Ananto.

Festival Merah Putih ini yang digelar sama dengan tanggal terjadinya peristiwa perobekan bendera. Namun, ia menegaskan tidak akan ada aksi teatrikal perobekan bendera Belanda.

"Yang aksi teatrikal itu adalah bentuk bendera nasional negara lain, kami tidak ingin mencederai itu. Tujuan kami hanya ingin mengenang patriotisme yang kami miliki tanpa perlu melukai orang lain, ini hanya monolog," ucap Ananto.

Monolog adalah drama pentas yang dimainkan oleh satu aktor dengan membawakan banyak tokoh. Agar makin greget, dalam monolog ini juga akan diramaikan oleh nyanyian, musik, dan tari-tarian yang semuanya akan pentas di puncak menara situs bersejarah tersebut.

Video Terkini