Liputan6.com, Yogyakarta - Puluhan mahasiswa Singapore Politechnic belajar cara produksi jamur, batu bata, dan keripik di Bantul. Program yang bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran itu berlangsung selama dua minggu.
"Para mahasiswa asal Singapura akan merasakan pengalaman baru yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya," ujar Kepala Kantor Urusan Internasional UMY Tony K Hariadi, Senin (19/9/2016).
Program Lex atau KKN Internasional tersebut berlangsung pada 19-30 September. Ada 25 mahasiswa asal Singapura, 16 mahasiswa UMY, dan 11 mahasiswa UPN Veteran yang berpartisipasi.
Mereka ditempatkan dan tinggal berbaur dengan masyarakat di dua dusun yang berbeda, yakni Dusun Ngaran, Pandak, Bantul dan di Dusun Gonjeng, Kasihan, Bantul.
Tony mengatakan mahasiswa juga diharuskan meneliti masalah yang dihadapi oleh masyarakat lokal sembari melakukan proses produksi ketiga produk tersebut.
Baca Juga
"Analisis permasalahan didiskusikan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di dua wilayah di Bantul," ucap Tony.
Lalu, kata dia, hasil diskusi dalam bentuk proyek akan dipresentasikan dalam bentuk pameran KKN Internasional pada 29 September mendatang.
Dosen pembimbing mahasiswa Singapore Politechnic Koh Siok Im mengatakan, melalui program ini, diharapkan para mahasiswa asal Singapura dapat berinteraksi dengan masyarakat lokal.
"Dan di masa mendatang, akan lebih dapat berkolaborasi dengan mahasiswa lokal," ujar Koh.
Ia menambahkan, sebelum terjun ke masyarakat lokal, para mahasiswa Singapura sudah diberi pembekalan Bahasa Indonesia, seperti diajari beberapa kosakata umum, seperti perkenalan, salam dan lain-lain.