Sukses

​Perpisahan Dramatis Unyu Si Bayi Orangutan dan Keluarga Angkat

Bapak angkat Unyu sempat diminta polisi untuk menyerahkan si bayi orangutan, tapi ditolak.

Liputan6.com, Pontianak - Bayi orangutan bernama Unyu itu memeluk erat bantal pink sesaat sebelum berpisah dengan bapak angkatnya. Ia diperkirakan baru berusia 9 bulan.

Sejak usia 2 bulan, Unyu tidak lagi bersama ibu kandungnya. Ia dirawat bagai anak bungsu oleh M Jafrie DA.

"Tidurnya sama saya setiap malam. Mandinya bersama saya. Sehari-hari dengan saya," kata Jefrie saat ditemui di rumahnya di Pontianak, Selasa, 20 September 2016.

Lelaki kelahiran 1960 itu menuturkan awal perjumpaannya dengan Unyu. Pada Februari 2016, ia tengah bekerja di ladang di Kabupaten Landak. Ada seorang warga yang sedang berladang mendekatinya.

"Begitu dia ngasih, langsung saya bawa," ucap Jafrie.

Setelah kembali ke Pontianak, ia baru kebingungan. Ia tersadar jika memiliki dan memelihara orangutan tidak diperbolehkan menurut Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

"Ada polisi mau minta, tapi ndak mau saya. Saya mau nyelamatkan. Saya ndak mau salah orang. Jangan sampai salah sasaran. Kita berhak curiga," ujar Jafrie.

Maka itu, ia sengaja menyebar cerita tentang Unyu melalui media sosial Facebook. Selama itu, bayi orangutan itu juga berada di dekat dengan anak-anaknya. Mereka memperlakukan Unyu sayang seperti layaknya manusia.

"Sama anak-anak saya dekat," tutur dia.

Ia bersyukur cerita yang disebar itu mendapat perhatian petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat. Mereka setuju mengevakuasi bayi orangutan itu yang akan dilepasliarkan di alam bebas.

"Maunya kembali ke habitat ke alam bebas. Maka saya biarkan bebas manjat. Gantung-gantung di pohon pekarangan. Saya bujuk. Kalau besar bingung juga ngurusnya. Biasa tinggal di rumah sendiri, habis kabel ditariknya, dicabutnya," ujar Jafrie.

2 dari 2 halaman

Dilepas dengan Tangis

Kepergian Unyu dirasa berat oleh Nurul Anisa, anak kandung Jafrie. Kesedihannya dilampiaskan lewat tetesan air mata. Ia teringat sehari-hari lekat dengan Unyu, termasuk rajin memberikannya susu bercampur biskuit tiga sampai lima kali sehari.

"Sedih rasanya. Ikhlas ndak ikhlaslah. Menangis, dicium. Hari-hari udah bersama. Paling sering sama Bapak, sama Mamak kadang masih ngeyel," ujar Nurul sambil menahan tangis.  

Lalu apa makanan favorit Unyu? "Pisang, mangga. Dia enggak suka yang asin. Dia sukanya buah-buahan," ucap dia.

Ia menganggap Unyu sudah bagian dari keluarganya. Karena, ia begitu sayang pada Unyu.

"Udah kayak adek. Jadi, setiap hari saya yang ngasuh. Bajunya aja satu kotak. Saya kasih pampers. Apa yang kita makan dia mau mintanya," tutur Nurul.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Sustyo Iriono, mengakui adanya penyerahan satwa dilindungi berupa orangutan. Ia menyatakan penyerahan orangutan itu dilakukan tanpa paksaan.

"Selanjutnya, satwa diamankan di kandang transit BKSDA Kalimantan Barat untuk selanjutnya rencana dititiprawatkan dan direhabilitasi di YIARI, Kabupaten Ketapang," ujar Sustyo.