Liputan6.com, Yogyakarta - Selain untuk peribadatan, pembangunan Candi Borobudur ternyata memiliki tujuan lain. Bangunan yang dibangun selama setengah abad (770-825 Masehi) tersebut menunjukkan kekuasaan dan kejayaan kerajaan Mataram Kuno di zamannya.
"Khususnya Dinasti Syailendra (Budha) yang ketika itu bersaing dengan Dinasti Sanjaya (Hindu)," ujar Ririn Darini, Dosen Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), kepada Liputan6.com, Selasa, 20 September 2016.
Arsitektur candi yang digarap oleh Gunadharma itu berstruktur piramida berundak yang tersusun dari blok batu andesit. Diperkirakan ada dua juta balok yang membentuk Borobudur. Ukuran luas dasarnya 123 x 123 meter persegi dengan tinggi asli 42 meter.
Ia mengungkapkan, bangunan itu menunjukkan Kerajaan Mataram kuno cukup makmur, mempunyai pasokan tenaga kerja yang banyak, serta kemampuan agraris yang baik. Menurut dia, lahan yang subur menyebabkan hasil bumi melimpah dan itu cukup untuk memberi makan para pekerjanya.
Baca Juga
Advertisement
Pasalnya, satu balok batu candi membutuhkan minimal tenaga empat orang untuk mengangkat.
Candi yang dibangun pada masa pemerintahan Samaratungga dan selesai pada saat Pramudyawardani bertahta itu memiliki 10 tingkatan. Terdiri dari enam tingkat berbentuk segi delapan, tiga tingkat melingkar, dan satu stupa utama.
Ririn menjelaskan, candi dibagi menjadi tiga bagian, kaki candi atau kamadatu memiliki relief yang menggambarkan kehidupan manusia yang penuh nafsu, badan atau rupadatu memiliki relief lalitavistara, jataka, awadana yang menceritakan kehidupan Sidharta Gautama, dan bagian atap yang dibiarkan terbuka.
"Kamadatu sempat digali tetapi ditutup sebagian untuk memperkuat struktur," ucap Ririn.