Liputan6.com, Garut - Mayoritas warga Desa Sindang Wargi, Kelurahan Pakuwon, Garut, sedang terlelap saat air bah dari Sungai Cimanuk menerjang tanpa ampun rumah yang ditinggali bertahun-tahun. Di tengah kantuk, mereka terburu-buru menyelamatkan diri dari banjir bandang.
Lokasi desa itu hanya berjarak 5 meter dari bibir sungai. Bencana yang menerjang tiba-tiba itu menghanyutkan 37 rumah, merendam 110 rumah dan merusak 68 rumah lainnya. Bagi warga yang tak sempat keluar rumah, mereka mengarah ke atas genteng saat-saat genting itu.
"Nggak ada yang sempat nyelamatin apa-apa. Yang penting selamat nyawa dulu," kata Ketua RW 11 Desa Sindang Wardi, Kelurahan Pakuwon, Garut, Bernas kepada Liputan6.com, Kamis, 22 September 2016.
Bernas mengungkapkan, wilayah yang paling parah diterjang banjir adalah RT 3 karena sekitar 120 KK harus mengungsi. Diikuti warga RT 1 yang mencapai 37 KK terdampak banjir. Sedangkan, hanya sebagian warga RT 2 dan RT 6 yang harus mengungsi di masjid dan madrasah setempat.
"Total ada 200 KK lebih yang kini mengungsi di masjid dan madrasah," ujar dia.
Sedemikian deras debit air, rumah berdinding bata juga ada yang terhanyut. Menurut Bernas, banjir kali ini yang terdahsyat dibandingkan banjir-banjir sebelumnya.
Baca Juga
"Dulu cuma dua RT yang kena, sekarang sampai empat RT. Dulu paling 30 cm, sekarang seatap rumah," kata Bernas.
Di tengah banjir, warga dengan sigap saling membantu satu sama lain berbekal tali tambang. Mereka berteriak untuk mengingatkan warga mendahulukan keselamatan daripada harta benda. Namun, ada saja warga yang tetap nekat bertahan di dalam rumah meski air sudah meninggi.
"Ada tiga rumah yang orangnya bertahan. Mungkin karena merasa rumahnya tingkat. Tapi ya kita paksa saja. Biar kita selamat semua," ucap Bernas.
Warga yang tak sabaran akhirnya menjebol atap rumah warga tersebut. Mereka dipaksa ke luar rumah ke luar lewat genteng. Kondisi semakin mencekam saat air semakin tinggi, tetapi kondisi gelap gulita.
"Listrik sengaja dimatikan karena banyak yang putus. Ada pemadaman juga karena takut korslet," tutur Bernas.
Kini, banjir bandang hanya menyisakan lumpur. Ketebalannya mencapai 1 meter.
"Sekarang warga sedang bersihkan lumpur. Alhamdulillah, masih ada air untuk membersihkan walau sudah tersendat-sendat," kata Bernas.