Liputan6.com, Garut - Memasuki hari ke-4, Basarnas mencatat 27 warga meninggal dunia akibat banjir bandang yang menimpa Garut pada Selasa malam, 20 September 2016. Ke-27 warga yang meninggal dunia itu terdiri dari sembilan laki-laki dan 18 perempuan.
"Korban terakhir yang ditemukan bernama Endar Ramdani (44), warga Sukamantri. Waktu pasti ditemukannya kurang tahu karena ada yang sudah dapat di lapangan, tidak langsung melapor," kata Humas Basarnas Jawa Barat Joshua Banjarnahor kepada Liputan6.com, Jumat (23/9/2016).
Kini tim fokus mencari korban yang hilang. Data terakhir menyebutkan 23 orang dicurigai hilang dalam bencana tersebut. Fokus pencarian dilaksanakan di empat titik, yakni Lapang Paris, Cimacan, Bojonglarang di Garut; serta Jatigede, Sumedang.
"Ada tiga alat berat yang diterjunkan dari Denzipur, Basarnad dan Rider. lalu ada satu helikopter yang bertugas untuk searching. Di mana ada titik-titik mencurigakan, mereka akan beritahu," ujar dia.
Helikopter itu diterbangkan langsung dari Pangandaran yang awalnya disiagakan untuk penyelenggaraan PON Jabar. "Hanya 15 menit untuk sampai lokasi di Garut," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Penonton Tak Diundang
Joshua menuturkan tantangan berat yang dihadapi Tim SAR gabungan dalam mencari korban adalah kondisi lumpur tebal yang sudah mulai mengering. Hal lain yang tak kalah mengganggu adalah keberadaan warga di luar kampung yang menonton proses pencarian.
Menurut Joshua, warga yang tidak berkepentingan sambil hilir mudik membuat lumpur semakin mudah mengeras. Pada saat yang sama, tim pencari menemukan tanda-tanda keberadaan korban di balik tumpukan lumpur itu.
"Lumpur yang tadinya masih basah akhirnya mengeras lagi gara-gara diinjak-injak warga yang menonton. Lalu, karena warga banyak di situ juga mengganggu penciuman tim pencari yang awalnya sudah mencium bau keberadaan jasad," tutur Joshua mengeluhkan.
Â
Kehadiran warga asing yang hanya menonton proses pencarian juga berisiko membahayakan diri sendiri. Ia menceritakan, ada seorang warga hampir celaka saat berada di lokasi bencana karena tidak menyadari ada sumur di balik tumpukan sampah yang diinjaknya.
"Di balik sampah itu ada sumur. Untung cuma satu kakinya yang jeblos, bukan dua-duanya. Untung kita juga melihat, kalau tidak dia ikut jadi korban," dia menjelaskan.
Maka itu, ia mengharapkan warga yang mau melihat dari jarak yang aman dan tempat yang aman. Ia menyarankan warga yang memang hendak membantu korban banjir bandang langsung datang ke penampungan untuk memberikan bantuan.
"Jangan lagi dijadikan tempat wisata bencana," ucap Joshua.