Liputan6.com, Garut - Air mata Gea (28) tak berhenti mengalir. Warga Desa Suka Galih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, itu mengingat putrinya yang masih berusia dua bulan yang hilang dihanyutkan banjir bandang Garut.
"Semuanya sedang tidur, tiba-tiba banjir langsung besar, hanyut," kata Gea di lokasi pengungsian, Jumat (23/9/2016).
Tidak hanya bayi mungilnya, banjir bandang juga menghanyutkan istri, mertua lelaki dan perempuannya. Bahkan, anak perempuan satu-satunya dan bapak mertuanya itu belum ditemukan hingga kini.
Advertisement
Ia mengaku sudah mencari ke seluruh rumah sakit yang menjadi tempat evakuasi korban tewas. Namun, ia baru berhasil menemukan jasad istri dan ibu mertuanya.
Baca Juga
"Sudah ke sana kemari, belum juga ketemu anak saya," ucap dia lirih sambil menangis.
Gea mengaku berhasil selamat dari ganasnya air bah luapan Sungai Cimanuk karena saat itu tengah bekerja di luar kota. Ia baru dikabari saudaranya saat genangan mulai surut.
"Saya sedang di Cirebon, kejadian jam 23.00 WIB, surut pukul 01.00 WIB dan paman saya ke sini lihat rumah sudah enggak ada, hanyut," tutur Gea.
Mendengar hal tersebut, Sekretaris Fraksi PKB DPR Cucun Ahmad Syamsurijal berjanji akan ‎mendukung korban dan para relawan, termasuk Basarnas, agar bisa menemukan seluruh korban.
Selain itu, ia juga akan menginstruksikan anggota partainya yang duduk di Komisi V DPR untuk mendorong Kementerian Pekerjaan dan Perumahan Rakyat agar membangun kembali kampung yang hancur diterjang banjir bandang.
"Kami di DPR akan terus men-support dan mendorong kementerian terkait, termasuk membangun kerusakan terdampak bencana sudah ada anggarannya," kata Cucun.
Ulah Manusia?
Sementara itu, Kapolda Jawa Barat Irjen Bambang Waskito akan menurunkan tim dari Ditreskrimsus untuk menginvestigasi penyebab terjadinya banjir bandang di Garut pada Selasa, 20 September 2016. Bambang menilai ada kemungkinan bencana alam tersebut dipicu ulah manusia.
"Ini perlu pendalaman, apa sebenarnya penyebab banjir ini. Saya akan kirimkan Krimsus," kata Bambang di kawasan bencana Kabupaten Garut.
Menurut Bambang, apabila diinvestigasi lebih dalam ternyata terdapat hutan yang gundul akibat penebangan liar. Karena itu, perlu langkah pemulihan seperti penanaman pohon kembali.‎ Namun, dia perlu memastikan hal itu dilakukan oleh manusia atau bukan.
‎‎
Menurut pengalamannya ketika bertugas di luar Jawa Barat, penggundulan hutan menyebabkan penyerapan air tidak maksimal. Dia berjanji akan menindak tegas apabila penggundulan hutan dilakukan oleh manusia.
"Tapi apakah ini gundulnya (hutan) biasa (fenomena alam), atau ulah manusia. Jika terbukti ada ulah manusia, ini harus ditindak," kata Bambang.