Sukses

Awas, Jumlah Kecamatan di Brebes Rawan Tanah Bergerak Bertambah

Potensi bencana masih terus mengintai akibat kondisi cuaca, terutama hujan dengan intensitas tinggi dan suhu laut yang meningkat.

Liputan6.com, Brebes - Sebanyak sembilan kecamatan di Kabupaten Brebes Jawa Tengah dinyatakan rawan bencana, baik longsor, tanah bergerak dan angin puting beliung. Untuk itu, warga diminta mengantisipasi potensi bencana tersebut.

"Potensi bencana masih terus mengintai akibat kondisi cuaca, terutama hujan dengan intensitas tinggi dan suhu laut yang meningkat serta pengaruh angin timur," ucap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Brebes Eko Andalas di Brebes, Jateng, Jumat (30/9/2016).

Adapun kecamatan yang rawan bencana, yaitu Sirampog, Salem, Bantarkawung, Bumiayu, Paguyangan, Tonjong, Larangan, Ketanggungan, dan Banjarharjo.  

Menurut dia, sembilan kecamatan yang terdiri dari puluhan desa tersebut tersebut dinyatakan rawan berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi  (PVMBG) pada 2015 lalu.

"Kami meminta kepada warga yang berada di wilayah perbukitan untuk waspada menjelang musim penghujan ini," kata dia.

Hingga kini, lanjut dia, ratusan keluarga yang terancam terdampak bencana ini. Tahun lalu, ada 233 keluarga di tiga kecamatan yakni Sirampog, Salem, dan Bantarkawung, direlokasi gara-gara tanah bergerak.  

"Untuk tahun 2016 ini ada sembilan kecamatan, pasti keluarga yang terdampak lebih banyak," imbuh dia.

Bahkan, kata Eko, hujan deras yang mengguyur Kabupaten Brebes pada Sabtu akhir pekan lalu membuat jalan di Kecamatan Sirampog longsor. Akibatnya, akses jalan yang menghubungkan Desa Kaliloka dan Benda tersebut terputus.  

"Peristiwa longsor yang terjadi di Sirampog kemarin sepanjang 47 meter dan lebar 37 meter," kata dia.  

Saat itu, BPBD dan warga sekitar bergotong royong membuat jalan alternatif agar akses ke dua desa tersebut bisa tersambung lagi. Sebanyak 300 karung yang berisi tanah dipasang di sekitar lokasi.

Warga juga membuat aliran baru di tebing sekitar lokasi untuk mencegah terjadinya longsor susulan. Selain itu, lanjut dia, BPBD meminta agar warga cepat melapor apabila terjadi bencana. Sehingga bisa segera ditangani.  

"Kami minta agar warga cepat melapor apabila di wilayahnya terjadi bencana, sehingga bisa segera ditangani. Saat ini kami berusaha melanjutkan kegiatan terkait pengurangan risiko bencana," ungkap dia.

2 dari 2 halaman

Bencana Banjir

Di sisi lain, untuk membantu pembangunan konstruksi bagi warga yang tempat tinggalnya terdampak bencana, BPBD tidak bisa melakukannya. Selain bukan termasuk tugas pokok fungsi, BPBD juga tak punya anggaran untuk perbaikan bangunan tersebut.

Potensi bencana di Brebes diprediksi hingga Oktober - November mendatang. Itu sesuai dengan prediksi awal mulai musim hujan tahun ini. Bencana yang masih menghantui kota bawang itu adalah tanah longsor, tanah bergerak dan puting beliung.

Sebelumnya, hujan pada deras pada Sabtu dua pekan lalu juga mengakibatkan 500 rumah di Brebes terendam. Tak hanya itu, banjir dengan ketinggian 30-50 sentimeter juga melanda fasilitas pendidikan seperti sekolah dasar. Ratusan siswa terpaksa pulang lebih awal dan tidak bisa melakukan kegiatan belajar.  

"Saat banjir itu sebanyak 1.700 jiwa yang terdampak banjir. Rumah sakit juga ikut kebanjiran, tapi langsung disedot dengan pompa air," kata ‎dia.

Sementara itu, Bupati Brebes Idza Priyanti mengatakan banjir yang melanda Brebes di pusat kota Brebes terjadi karena drainase yang buruk. Karena itu, pemerintah saat ini menyiapkan anggaran sebesar Rp 10 miliar untuk menanggulangi banjir. Anggaran bersumber dari APBD 2016 itu.  

"Supaya tidak terjadi banjir lagi kami sudah siapkan Rp 10 miliar untuk perbaikan drainase di perkotaan," ucap Idza Priyanti.