Sukses

Makna Tahun Baru Islam Bagi Kesultanan Banten

Kawasan Banten Lama kini terlihat kumuh dan semrawut, akibat pedagang kaki lima yang tidak tertata.

Liputan6.com, Serang - Setiap daerah memiliki caranya masing-masing untuk merayakan dan memaknai peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1438 Hijriah, yang tahun ini jatuh pada 1 Oktober 2016.

Seperti yang dilakukan Kenadziran Kesultanan Banten. Mereka memaknai Tahun Baru Islam sebagai tonggak awal untuk menata ulang kawasan Banten Lama, yang hanya tersisa Masjid Agung Banten dan reruntuhan Benteng Surosowannya.

"Diharapkan gebyar Muharam saat ini dijadikan awal untuk menata kembali kawasan Nanten Lama," kata Ketua Kenadziran Kesultanan Banten Tubagus Abbas Wasse, di halaman Masjid Agung Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, Sabtu (1/10/2016).

Pria paruh baya dengan pakaian khas serba putih ini bercerita, di antara persoalan para peziarah adalah pedagang kaki lima (PKL) yang berdagang di pinggiran jalan menuju makam Sultan Maulana Hasanudin dan Masjid Agung Banten, yang merepotkan para peziarah. Sehingga kawasan Banten Lama terlihat kumuh dan semrawut.

"Nilai kebersamaan ini yang harus kita tanamkan sejak saat ini. Apalagi berbicara penataan kawasan Banten Lama, jika tidak ada kebersamaan, maka penataan hanya omong kosong," tegas dia.

Kesultanan Banten berdiri sejak 1522 Masehi di bawah kepemimpinan Sultan Maulana Hasanudin, Putera Sunan Gunung Jati. Kesultanan Islam di tanah sunda ini bertahan hingga tiga abad, sebelum hancur lebur karena perang saudara.

Kini, sisa kejayaan Kesultanan Banten hanya Masjid Agung Banten yang masih tegak berdiri. Sedangkan Benteng Surosowan dan Keraton Kaibon hanya tersisa pondasinya.

Karena kebesarannya itulah, banyak masyarakat dari berbagai nusantara berziarah ke makam Sultan Maulana Hasanudin dan beribadah di Masjid Agung Banten. Namun pengemis dan pedagang menumpuk tak tertata, membuat kawasan wisata Islam itu menjadi semrawut.