Sukses

Batik Bengkulu Kain Besurek, Peninggalan Sentot Alibasyah?

Batik Bengkulu kain besurek sangat kental beraroma Islam.

Liputan6.com, Bengkulu - Provinsi Bengkulu juga punya batik. Batik khas Bumi Raflessia ini sesuai budaya setempat yang kental dengan pengaruh Islam. Batik kreasi dari Bengkulu biasa disebut kain besurek.

Budayawan Bengkulu Alcala Zamora menjelaskan, nama kain besurek dari bahasa Bengkulu. Kata tersebut berasal dari suku kata "be" termasuk awalan dengan pengertian "ber" dan "surek" yang berarti "surat" atau "tulisan".

Terjemahan bebas dari kata 'besurek' adalah 'bersurat' atau 'bertulisan'. Kain besurek berarti kain yang telah dipenuhi dengan surat atau tulisan berciri tulisan kaligrafi Arab.

"Pada abad 16 Islam sudah berkembang pesat di daerah Bengkulu, kebudayaan Islam sangat berpengaruh pada perkembangan seni budaya di Bengkulu, pengaruh luar masuk ke Bengkulu sejalan dengan datangnya pedagang bangsa India, China, Eropa dan Bangsa Arab," jelas Alcala di Bengkulu, Minggu (2/10/2016)

Kain Besurek sudah mengakar di masyarakat kota Bengkulu pada masa itu, terbukti dari kekhasan motifnya kaligrafi tulisan huruf Arab.

Sejarah awal pertumbuhan kain besurek belum diketahui secara pasti. Menurut pemuka adat maupun pemuka masyarakat Bengkulu, penggunaan kain besurek sudah sejak lama dan pada upacara-upacara adat khususnya di Kota Bengkulu.

Ada teori yang menyebutkan sejarah awal perkembangan kain besurek di Bengkulu bermula sejak hijrahnya Sentot Alibasyah, panglima Pangeran Diponegoro, serta sanak saudara dan pengikut-pengikutnya ke Bengkulu. Terbukti pada awalnya ternyata masyarakat pemakai dan perajin kain besurek sebagian besar dari keturunannya.

Penggunaan kain besurek pada mulanya hanya terbatas untuk upacara-upacara adat seperti dipakai untuk pengapit pengantin pria khususnya "destar" atau topi khas Bengkulu pada prosesi pernikahan.

Untuk acara calon pengantin putri juga digunakan saat prosesi pemandian, siraman, bedabung atau mengikir gigi, ziarah kubur, akad nikah hingga upacara perkawinan, sampiran bilik pengantin.

Perkembangan kain besurek di Bengkulu hingga kini demikian pesat, mendapat perhatian dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Penggunaannya pun tidak lagi terbatas pada perayaan atau upacara adat, melainkan telah digunakan untuk berbagai keperluan seperti busana kerja dan busana resmi kegiatan di daerah.

2 dari 2 halaman

7 Motif Dasar Kain Besurek

Menurut Alcala, ada tujuh jenis motif dasar kain besurek, diantaranya motif Kaligrafi Arab dengan tulisan Arab yang fungsinya dipakai oleh pembantu raja, penghulu dan pengapit pengantin pada upacara nikah berwarna Biru.

Kedua, motif Rembulan dan Kaligrafi Arab yang melambangkan ciptaan Tuhan dengan tulisan Arab. Fungsinya dipakai untuk calon pengantin putri dalam rangakaian pernikahan khususnya acara siraman atau mandi. Motif ini didominasi warna merah

Ketiga, kaligrafi Arab Kembang Melati yang mengangkat filosofi kehidupan alam khususnya flora. Motif ini dipakai untuk upacara aqiqah atau cukur bayi dengan warha merah manggis

Ada lagi motif Burung Kuau yang juga mengangkat filosofi kehidupan alam khususnya fauna. Motif ini dipakai untuk acara adat, pada rangkaian upacara perkawinan yang dipakai oleh calon pengantin putri saat melakukan ziarah kubur. Motif ini didominasi warna Biru tua

Selanjutnya motif kombinasi Pohon Hayat dan Burung Kuau dalam tulisan kaligrafi Arab. Motif ini berarti ada keseimbangan dalam kehidupan alam flora fauna. Motif ini dipakai untuk hiasan yang disampirkan dalam bilik pengantin berwarna Biru

Lalu, motif Kembang Cengkih Kembang Cempaka, tulisan Arab dalam kain ini dipakai untuk rangkaian upacara adat perkawinan khususnya prosesi "bedabung" atau acara mengikir gigi. Motif ini didominasi warna merah kecoklatan.

Terakhir, motif Kaligrafi Arab Relung Paku Burung Punai. Motif ini dipakai sebagai hiasan pembalut ayunan cukur bayi saat prosesi aqiqah dengan warna merah.

Video Terkini