Sukses

Mitos Kesaktian Dimas Kanjeng, Begini Penjelasan Kiai NU

Pengaruh gendam Dimas Kanjeng akan diredam dengan doa-doa khusus.

Liputan6.com, Probolinggo - Taat Pribadi dari Probolinggo, Jawa Timur, mendadak terkenal. Pendiri Padepokan Dimas Kanjeng itu terjerat kasus dugaan pembunuhan dan penipuan modus penggandaan uang.

Taat Pribadi punya banyak pengikut, mulai dari rakyat biasa, anggota TNI/Polri, sampai akademisi. Para pengikutnya itu mempercayai Taat Pribadi memiliki kemampuan supranatural, salah satunya bisa menggandakan uang. Sebagian bahkan menyebutnya Taat punya karomah, keistimewaan di bawah nabi.

Ikhwal Taat Pribadi berikut mitos tentang "kesaktiannya" itu, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur punya penilaian tersendiri.

"Dia bukan kiai, karena dia tidak pernah mengadakan kegiatan keagamaan. Bahkan kalau ada kegiatan agama pun mengundang ulama dari luar untuk ceramah," kata Katib Syuriah PWNU Jatim Syafrudin Syarif di sela pertemuan Lembaga Takmir Masjid (LTM) NU dan Ketua Takmir Masjid se-Jatim di Surabaya, Sabtu, 1 Oktober 2016, dilansir Antara.

Menurut dia, Taat Pribadi merupakan penipu yang menggunakan agama untuk meraih kepercayaan masyarakat. Aksi penggandaan uang yang digembar-gemborkan selama ini juga hanya trik penipuan saja.

"Istilahnya itu dia menggunakan semacam gendam. Dia bilang punya salawat fulus untuk mendatangkan uang, padahal salawat yang dia pakai itu Salawat Nariyah yang disalahgunakan untuk mendapat istidraj ('hukuman' berbentuk kenikmatan, sehingga merasa senang terus)," jelasnya.

Dalam praktiknya, Taat Pribadi menggunakan air yang membuat orang menjadi tidak sadar dan bisa diperintah melakukan apa saja, termasuk menyetor uang dalam jumlah tertentu untuk digandakan, padahal dia tidak bisa menggandakan uang.

"Bahkan, pengaruh gendam itu membuat orang mau menunggu di padepokannya. Jadi orang-orang yang ada di Padepokan Dimas Kanjeng itu bukan santri, tapi orang-orang yang menunggu uangnya berhasil dilipatgandakan," kata Syafrudin.

Ia mencontohkan ada korban bernama Ahmad dari Jawa Barat yang menyetor Rp 30 juta dengan menjual tanah miliknya karena janji bahwa uangnya akan berlipat-lipat menjadi Rp 100 juta dalam lima bulan. Namun dia menunggu di padepokan itu hingga setahun lebih dan uangnya tidak kembali.

"Saya yakin orang itu di bawah pengaruh gendam. Semua itu terjadi karena pengaruh kapitalisme yang serba pragmatis atau instan, sehingga masyarakat mudah tertipu," katanya.

Oleh karena itu, Syafrudin mengimbau masyarakat untuk kembali kepada ajaran agama yang benar dengan mengikuti para ulama yang mengajarkan ikhtiar (kerja keras) dan doa. "Taat Pribadi itu bukan ulama, karena itu kalau diikuti akan tertipu," katanya.

Ditanya langkah PWNU Jatim untuk menyelamatkan masyarakat, ia mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan polisi, Majelis Ulama Indonesia, dan Pemkab Probolinggo untuk melakukan rehabilitasi masyarakat.

"Gendam itu bisa ditaklukkan dengan doa-doa sesuai tingkatan gendamnya," katanya.

Langkah lain adalah mendesak aparat penegak hukum untuk menutup padepokan itu dan mengusut tuntas Taat Pribadi bersama para centengnya agar tidak banyak korban. "Padepokan itu bisa dikembalikan pada masyarakat untuk dijadikan pesantren," katanya.

2 dari 2 halaman

Pengikut Dimas Kanjeng Ada di Bali?

Informasi yang beredar menyebutkan bahwa di Bumi Makepung, Jembrana, Bali, banyak pengikut Dimas Kanjeng yang telah dibekuk polisi karena dugaan pembunuhan dua santrinya dan kasus penipuan.

Tak hanya itu, di kabupaten paling barat Bali itu terdapat pedepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi untuk aktivitas sejumlah santrinya. Demikian halnya disebutkan banyak pengikutnya menjadi korban penipuan karena telah menyetorkan mahar puluhan juta rupiah.

Kapolres Jembrana AKBP Djoni Widodo saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya menjelaskan pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait masalah tersebut. "Kita masih melakukan penyelidikan, termasuk mengumpulkan keterangan dari warga," katanya.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Jembrana, Sudarma Putra mengaku sudah mendapat informasi bahwa di Jembrana juga ada pengikut Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Namun dari hasil penyelidikan dan pengumpulan data diketahui tidak ada pedepokan miliknya di daerah Jembrana.

"Belum ada laporan ke Polres Jembrana kalau telah menjadi korban penipuan," kata Sudarma Putra.