Liputan6.com, Kotawaringin Timur - Mengganasnya buaya di Sungai Mentaya, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, hingga menerkam manusia, diduga karena kelaparan lantaran makanan makin sulit didapat.
"Apalagi kalau benar buaya yang menyambar warga itu jenis buaya capit. Jenis buaya ini biasanya hanya memangsa ikan, monyet dan binatang lainnya, bukan manusia," kata Komandan Pos Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sampit, Muriansyah di Sampit, Selasa (4/10/2016), dilansir Antara.
Muriansyah mengaku baru mengetahui kabar kembali terjadinya sambaran buaya yakni di kawasan Sungai Lemiring Kecamatan Seranau pada Sabtu, 1 Oktober 2016. Berdasarkan data mereka, ini merupakan kejadian keempat sambaran buaya di kawasan itu.
Tahun 2015 lalu BKSDA mencatat ada kasus sambaran buaya di kawasan Lemiring dan sepanjang 2016 ini terjadi tiga kali. Beruntung, tidak ada korban meninggal akibat kejadian itu karena korban berhasil melawan hingga terlepas dari gigitan buaya.
Baca Juga
Selama ini buaya yang dikenal ganas adalah buaya muara yang besarnya bisa mencapai lima meter. Sedangkan buaya capit yang mempunyai ciri khas mulut moncong panjang dengan ukuran tubuh bisa mencapai tiga meter, selama ini umumnya hanya memangsa binatang kecil seperti ikan dan monyet.
Jika kini buaya capit juga mengganas, kuat dugaan karena buaya itu kelaparan. Penyebabnya di antaranya rusaknya danau dan hutan yang menjadi habitat mereka serta maraknya penyetruman dan peracunan ikan sehingga ikan yang menjadi sumber makanan buaya makin sulit didapat.
"Buaya juga agresif saat musim kawin, tapi itu sudah lewat karena biasanya terjadi antara Januari hingga Juni. Jadi kami menduga ini dampak sulitnya buaya mendapatkan makanan sehigga sampai menerkam manusia," kata Muriansyah.
BKSDA mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai, bahkan disarankan untuk dihindari. Berdasarkan data, kasus sambaran buaya umumnya terjadi pada pagi dan sore karena diduga saat itulah kebiasaan buaya mencari makan.
Sabtu lalu, seorang warga bernama Pepet (17), disambar buaya ketika sedang asyik mandi di anak sungai Mentaya itu. Untungnya dia berhasil selamat meski menderita luka cukup parah pada paha akibat gigitan buaya.
Serangan buaya di kawasan muara Sungai Mentaya cukup tinggi. Hampir tiap tahun ada korban jiwa, bahkan beberapa di antaranya jasadnya tidak ditemukan hingga kini.
Habitat buaya di kawasan muara diduga ada di Pulau Lepeh karena warga sering melihat buaya bermunculan dan berjemur di daratan kecil yang berada di tengah Sungai Mentaya.
Pemerintah hanya bisa mengimbau masyarakat lebih berhati-hati karena sangat sulit menangkap dan merelokasi buaya liar yang jumlahnya diperkirakan cukup banyak itu.
Advertisement
Â