Liputan6.com, Cirebon - Korban penipuan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di berbagai daerah Tanah Air, kini mulai terungkap. Di Desa Tegalgubug, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, misalnya, diduga ada 117 warga yang menjadi pengikut pemilik Padepokan Dimas Kanjeng.
Bahkan, setelah terungkap penipuan dengan modus penggandaan uang dan kasus pembunuhan diduga dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, para pengikut tetap bersikukuh bahwa pemilik padepokan tersebut tidak bersalah. Kondisi ini membuat sejumlah keluarga korban sedih dan kecewa melihat tingkah para pengikut Dimas Kanjeng.
Salah satu keluarga korban Dimas Kanjeng pun menggelar sayembara terbuka bagi warga Cirebon maupun di luar Cirebon. Adalah Syifa, adik dari salah seorang kepala keluarga pengikut Dimas Kanjneg mengaku kecewa, kesal, dan bingung.
Baca Juga
"Kakak saya sejak empat tahun yang lalu ikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi sampai jadi pengangguran mas. Sejak terbongkarnya kasus Dimas Kanjeng, kakak saya malah semakin fanatik. Sampai-sampai orangtua kami meninggal karena kakak saya pernah bilang tidak mau lagi mengabdi dengan orangtuanya," ucap dia di Cirebon, Kamis, 6 Oktober 2016.
Syifa menuturkan, sejak ikut Padepokan Dimas Kanjeng, sikap sang kakak dan keluarganya berubah. Sang kakak selalu sinis saat bertemu Syifa di tengah aktivitas sehari-hari.
Bahkan, sang kakak dan keluarganya memilih tidak berkomunikasi. "Belum ada titik temu untuk menyadarkan. Bahkan bilang terakhir lebih memilih dekat sama Jamilah Ain dari pada mengabdi kepada orangtua. Sampai orangtua kami meninggal," ujar dia.
Advertisement
Harta Warisan Ludes
Syifa mengatakan pula, sejak sang kakak menjadi santri dan pengikut Dimas Kanjeng, harta benda dan warisan keluarga pun habis terjual. Seperti sawah, ladang, pekarangan, los di pasar, hingga tanah warisan.
Jika ditotal, lanjut dia, harta kekayaan yang terjual akibat menjadi pengikut Taat Pribadi lebih dari Rp 1 miliar. Kendati demikian, sang kakak masih merasa tidak pernah tertipu oleh Dimas Kanjeng.
"Kakak saya bersama suami dan kedua anaknya menjadi pengikut Dimas Kanjeng. Saya ingin menyadarkan mereka tapi susahnya bukan main" ujar Syifa.
Keputusan Syifa menggelar sayembara tersebut guna menyadarkan sang kakak dan keluarga agar tidak lagi menjadi pengikut Taat Pribadi. Dia pun rela memberikan upah yang pantas apabila ada yang bisa membuat kakaknya sembuh.
"Sudah ada persetujuan keluarga mas. Pihak keluarga kami berani menggelar sayembara bagi yang bisa menyadarkan. Kami rela memberikan imbalan mumpung lagi ada rezeki mas," sebut dia.
Hanya saja, Syifa masih merahasiakan jumlah nominal uang bagi pemenang sayembara atau orang yang dapat menyadarkan sang kakak beserta keluarganya.
Adapun berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com di lokasi, ratusan warga Desa Tegalgubug bergabung ke Padepokan Dimas Kanjeng karena tergiur tawaran yang diberikan salah seorang murid Taat Pribadi.
Warga yang tergiur langsung mendaftar dengan menyetorkan uang sebesar Rp 2,5 juta bahkan ratusan juta rupiah. Tidak sedikit para pengikut Dimas Kanjeng diminta menebus mahar hingga belasan juta rupiah untuk mendapat sebuah kotak yang diyakini dapat mengeluarkan Rp 5 juta setiap hari.
"Saya berharap tidak ada lagi korban Dimas Kanjeng dan yang sudah menjadi pengikut agar segera sadar," ujar warga Cirebon tersebut.
Advertisement