Liputan6.com, Jayapura - Tidak hanya Edo Kondologit yang menyatakan bahwa Papua itu tanah kaya dan surga. Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga mengungkapkan hal serupa saat dirinya bertemu dengan warga di Kabupaten Sorong Selatan usai melihat proses pengolahan sagu.
"Papua adalah surga kecil yang diturunkan ke bumi," ucap Jokowi.
Salah satu surga di Tanah Papua yang kerap dikunjungi para wisatawan baik lokal maupun dunia adalah Puncak Jaya atau Puncak Carstensz. Yang merupakan salah satu gunung tertinggi di dunia.
Advertisement
Saat berdiri di atasnya, mata Anda akan disuguhkan pemandangan hamparan salju putih yang menyelimuti permukaan gunung batu dengan kontur khasnya yang tinggi dan elegan.
Baca Juga
Surga lainnya ada di Kepulauan Raja Ampat. Keelokan bawah laut ditambah panorama alam di sekelilingnya membuat semua orang tak kalah terpesona.
Provinsi ini memang memiliki keindahan alam yang potensial untuk sektor pariwisata. Carstensz dan Raja Ampat, baru sebagian kecil dari deretan destinasi wisata di Papua.
Namun di balik semua keindahan dan potensi tersebut ternyata masih banyak penderitaan yang harus dirasakan rakyat Papua. Di bidang kesehatan, misalnya, angka kematian ibu dan bayi masih sangat tinggi, asupan gizi pada balita yang masih kurang serta kasus AIDS yang hampir tiga kali lipat dari angka nasional.
Di sektor pendidikan tingkat partisipasi sekolah dasar juga masih cukup jauh dari angka nasional. Yaitu 75,2 persen, berbanding dengan 98,4 persen angka nasional (BPS 2014).
Selain itu, kendala bahasa, budaya, dan lingkungan membuat mereka susah sekali mengikuti kurikulum nasional layaknya anak-anak di Pulau Jawa.Â
Melihat kondisi ini, yayasan kemanusiaan Wahana Visi Indonesia (WVI) mengupayakan peningkatan kualitas hidup anak-anak di Papua. Salah satunya dengan membangun Kampung Ramah Anak (KRA).
KRA adalah sebuah sistem perencanaan dan pembangunan kampung-kampung yang berpihak pada kesejahteraan anak, berbasis hak anak melalui penguatan kelembagaan.
WVI berharap dengan membangun Kampung Ramah Anak dapat mewujudkan Kota Layak Anak (KLA) dalam rangka pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.
Karena itu, program pembangunan KRA di Papua tidak bisa dilakukan tanpa peran serta seluruh masyarakat Indonesia.