Liputan6.com, Denpasar - Jembatan Kuning penghubung antara Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan ambruk sekitar pukul 18.45 Wita, Minggu sore, 16 Oktober 2016, menyebabkan puluhan luka-luka dan delapan orang meninggal dunia.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengaku sempat melihat tali sling jembatan yang memiliki lebar 1,5 meter dan panjang 100 meter itu putus sebelum akhirnya ambruk.
"Kemarin saya melihat tali sling putus, maka kita dan rombongan turun. Kekhawatiran saya pun terbukti. Sebelum kejadian, warga naik jembatan secara bersamaan saat Odalan (upacara persembahyangan) di Pura Bakung. Itu semua krama (umat) turun, karena ramai langsung masuk," kata Suwirta saat mengunjungi korban luka-luka, Senin (17/10/2016) pagi.
Dia mengaku sudah berulang kali memperingatkan warganya untuk tidak melewati jembatan saat kondisi ramai. Namun, warga tidak terlalu mengindahkan karena jembatan itu memang satu-satunya penghubung antara Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan.
"Padahal, jembatan kebanggaan kami di Lembongan itu sudah kami anggarkan untuk rencana perbaikan tahun 2017. Kalau tidak salah dianggarkan sebesar Rp 200 juta, ternyata justru ada musibah seperti ini," kata dia.
Berdasarkan laporan dari Dinas PU, Jembatan Kuning merupakan jembatan kabupaten Semarapura-Klungkung yang dibangun pada 1995 yang diperuntukkan bagi penyeberangan manusia. Namun, warga sering menggunakan sepeda motor saat melalui jembatan itu.
Dilansir BNPB, jembatan itu sempat diinspeksi pada Kamis, 13 Otober 2016, dan hasilnya dinyatakan kritis untuk dilewati. Rambu larangan telah dipasang, tapi warga tetap menggunakan jembatan tersebut.
Saat bersamaan, sedang ada upacara agama Nyepi Segara di Pura Bakung. Diduga akibat kelebihan beban karena ada banyak orang dan 17 sepeda motor, jembatan tersebut akhirnya runtuh.
Hanya untuk Manusia, Jembatan Nusa Lembongan Malah Dilewati Motor
Ada 17 sepeda motor sedang melewati Jembatan Kuning penghubung Nusa Lembongan yang ambruk, Minggu, 16 Oktober 2016.
Advertisement