Liputan6.com, Cirebon - Alunan musik tarling klasik Cirebon, Jawa Barat, menjadi kebanggaan masyarakat Kota Udang dari berbagai kalangan. Kemunculan musik dangdut pantura tak lepas dari perkembangan musik tarling klasik yang sudah berkembang sebelumnya.
Seniman Cirebon, Dino Syahrudin, menuturkan tarling merupakan melodi jiwa. Sebab, selain dari alunan musik, lirik lagu yang dinyanyikan seniman tarling klasik menggambarkan kehidupan masyarakat Cirebon sehari-hari.
"Kehidupan cinta masyarakat Cirebon, rumah tangga, hingga penjajahan masyarakat Cirebon dan Indramayu," ucap Dino di Cirebon, Senin, 17 Oktober 2016.
Dia menjelaskan, pada musik tarling generasi pertama, posisi pemain ada empat orang, yakni gitar melodi, gitar pengiring yang juga bermain bass, sinden, dan pemain yang memainkan alat tiup tradisional yang terbuat dari botol hijau sebagai pemanis lagu.
Baca Juga
Dino juga menceritakan, awal mula tercipta musik tarling sekitar tahun 1931. Kala itu seorang tentara Belanda meminta kepada seniman ahli gamelan Sugro untuk memperbaiki gitar yang rusak. Sugro pun menerima permintaan tentara Belanda untuk memperbaiki gitar yang rusak.
Kelihaian Sugro memperbaiki gitar yang rusak juga diilhami dengan kemampuannya berinovasi memasukkan nada-nada pada alat musik gamelan ke dalam gitar.
Advertisement
"Setelah diulik ternyata musik gamelan beserta laras yang menjadi khas Cirebon bisa masuk ke dalam gitar. Ditambah dengan suling maka jadilah tarling," tutur dia.
Era Klasik Tarling
Dari situlah, generasi pertama tarling mulai mempertunjukkan temuan dan inovasi mereka dalam bermain musik tarling klasik Cirebonan tanpa membawa gamelan. Sugro bersama rekan-rekannya pun mulai menunjukkan kreasinya dalam bermain tarling klasik.
"Sinden menjadi bagian penting dalam menyanyikan musik tarling klasik yang bercerita tentang kehidupan masyarakat Cirebon. Suaranya yang syahdu dan alunan musiknya yang khas membuat tarling sebagai melodi jiwa dari masyarakat Cirebon dan Indramayu," ujar dia.
Seiring dengan berkembangnya musik tarling saat itu, muncul sosok Mama Jana sebagai generasi kedua tarling klasik. Mama Jana pun mampu mengembangkan musik tarling klasik dengan menciptakan melodi kisernya.
"Kiser itu semacam tembang klasik. Jadi pada era Mama Jana ini tarling semakin syahdu dan menjiwa karena selain musik juga ada petikan melodi yang menjadi ciri khas Cirebon hingga saat ini," Dino menambahkan.
Dia mengatakan, tarling klasik era Mama Jana merupakan inovasi yang terbilang luar biasa. Selain menjadi ciri khas, melodi kiser yang diciptakan Mama Jana menjadi inspirasi berkembangnya musik tarling di Cirebon.
Hingga memasuki generasi ketiga, musik tarling mendapat sentuhan teknologi dengan gitar elektrik hingga dikenal dengan melodi Kota Udang. "Tapi lama kelamaan dengan masuknya musik organ, maka tarling perlahan mulai terkikis. Orang Cirebon menamakan Teng Dung Cirebon atau Dangdut Cirebon," sebut dia.
Dino pun berharap ada perhatian khusus dari pemerintah terkait pelestarian musik tarling klasik dan para senimannya yang masih hidup.
"Kalau tidak ada para seniman terdahulu musik tarling kita akan seperti apa? Perlu saya akui Cirebon memang kaya dengan inovasi budaya dan seni pada zaman dahulu dan sekarang baru merasakan dampaknya," seniman Tarling Cirebon itu memungkasi.
Advertisement