Liputan6.com, Kuningan - Nasi Kasreng adalah makanan khas dari timur Kabupaten Kuningan. Tepatnya di Desa Luragung. Meski tampilan dan penyajiannya sederhana, mata dan perut para penikmatnya selalu terpuaskan.
Kekhasan Nasi Kasreng terletak pada nasi yang ditaburi rebon dan dilengkapi sambal, sayur tauge dan gorengan. Nama Kasreng sendiri berasal dari nama penjual pertamanya.
"Nasi Kasreng diambil dari nama penjual pertamanya ibu Kasri. Saat itu tahun 80-an, Bu Kasri suka jual nasi, sambal, tauge dan gorengan di pasar. Setiap ada yang beli, ibu Kasri selalu menggoreng gorengan dulu. Dari situ nama gorengan (sreng) dipadukan dengan nama penjualnya jadi Nasi Kasreng," tutur Lina, pemilik warung nasi kasreng, Jumat, 28 Oktober 2016.
Lina merupakan salah satu warga Desa Luragung yang berperan dalam mengembangkan serta melestarikan warisan kuliner di desanya. Ia mengembangkan usaha makanan khas itu sekitar tiga tahun lalu di Jalan Dewi Sartika Nomor 27, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Seiring dengan perkembangan zaman, Lina pun menambah varian menu lauk pauk dalam Nasi Kasreng. Semula hanya berisi nasi, ikan petek, sambal terasi dan tauge.
Belakangan, Lina menambahkan daging burung puyuh ke dalam Nasi Kasreng. "Warung kami juga buka 24 jam, jadi pendatang dari berbagai kalangan juga selalu makan di warung kami kapan pun. Harga terjangkau Rp 5.000 bahkan Rp 3.000 pun sudah bisa makan Nasi Kasreng," tutur dia sambil berpromosi.
Baca Juga
Advertisement
Lina menjelaskan, penambahan varian menu burung puyuh selain menambah kenikmatan juga bermanfaat bagi kesehatan. Daging burung puyuh, kata dia, bermanfaat untuk menyehatkan jantung karena rendah kolesterol.
"Beda sama telurnya, justru tidak baik dikonsumsi orang dewasa karena kolesterolnya banyak," ujar Lina.
Selain itu, Lina bersama keluarga juga ingin mengembangkan daging burung puyuh sebagai salah satu referensi kuliner sehat. "Makanan dengan daging burung puyuh kan belum seberapa tenar, apalagi manfaatnya. Nah, itu yang bikin saya menambahkan varian baru," kata dia.
Dia mengatakan, pihaknya bisa menghabiskan 500 porsi dalam sehari. Lina pun mampu meraup Rp 5 juta hingga Rp 6 juta per hari dari berjualan Nasi Kasreng.
"Kebanyakan yang makan di sini juga selain wisatawan, ya ada supir-supir mobil truk sebelum atau sesudah berangkat. Bahkan, Pak SBY juga pernah makan nasi ini," kata Lina.
Kendati demikian, dia mengaku kuliner warisan sesepuh di desanya itu masih minim promosi dan pemasaran. Penjualan Nasi Kasreng baru sebatas di wilayah Kabupaten Kuningan dan pesanan rutin pemda setiap kali ada rapat atau kegiatan.