Liputan6.com, Purwakarta - Ratusan pelajar SD, SMP, hingga SMA berkumpul di Bale Pasepan, Pendopo Purwakarta, Kamis (3/11/2016). Kedatangan mereka dalam rangka ‘Botram’, acara yang digelar oleh Satgas Toleransi di kabupaten yang akan menerima penghargaan sebagai daerah paling toleran di Indonesia dari Dewan HAM PBB tersebut.
Para pelajar tersebut terlihat berbaur satu sama lain tanpa melihat perbedaan agama. Mereka terlihat mengenakan atribut keagamaan masing-masing. Kegiatan ini pun dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan doa sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing pelajar.
Ketua Satgas Toleransi Purwakarta, Jhon Dien, menjelaskan bahwa betapa pentingnya menjaga toleransi dan kerukunan umat beragama. Dia menjelaskan nilai-nilai toleransi ini harus ditanamkan kepada para pelajar di Purwakarta maupun daerah lain di Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
“Kami kemas dengan Botram ini agar acaranya santai tetapi substansinya bisa kita tekankan untuk pendidikan toleransi berbangsa dan bernegara juga bermasyarakat,” kata Jhon Dien.
Ia menegaskan tujuan acara ini ke depan adalah pembentukan Satgas Toleransi Purwakarta di tingkat pelajar, agar ajaran tentang toleransi dapat membumi sejak dini.
“Justru ke depan harus ada Satgas Toleransi di tingkat pelajar Purwakarta,” kata Jhon Dien menambahkan.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyebut Satgas Toleransi di tingkat pelajar ini sebagai Relawan Toleransi. Relawan ini bertugas memelihara keanekaragaman di internal sekolahnya masing-masing.
“Mereka jadi Relawan Toleransi, merawat ruang ibadah mereka yang sudah tersedia di sekolah, makan bersama pelajar lintas agama, sehingga keberagaman dan keberagamaan bisa tercipta mulai dari lingkungan sekolah, mereka saling suap nasi disini, itu pelajaran toleransi,” kata Dedi.
Pegiat Toleransi Indonesia, Denny Siregar yang turut hadir dalam acara tersebut menjelaskan toleransi tingkat tinggi yang diperlihatkan hari ini di Purwakarta sudah layak menjadi role model di tingkat nasional.
Di Nusa Tenggara Timur misalnya, kiai dan pastur disana mampu hidup berdampingan dan memberikan ajaran toleransi kepada masyarakat. Menurut penulis buku ‘Tuhan Dalam Secangkir Kopi’ ini, fenomena yang dia lihat di Purwakarta lebih dahsyat dari itu.
“Aura toleransi ini harus menyebar ke seluruh Indonesia, mungkin di NTT karena muslim di sana minoritas katakanlah mereka ikut mainstream, tetapi di Purwakarta yang muslim mayoritas ternyata suasana toleransi lebih dahsyat lagi,” kata Denny.
Salah seorang pelajar Purwakarta, Lagata Tri Dewi, mengaku merasakan kedamaian yang luar biasa dalam kegiatan ini. Pelajar beragama Budha ini pun mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam menciptakan suasana toleransi di Purwakarta.
“Saya bangga menjadi pelajar Purwakarta, suasana damai sudah terpelihara antar umat beragama. Kami minoritas diberikan ruang yang sama dengan mayoritas,”ujar pelajar kelas II SMA Negeri Campaka tersebut.