Sukses

11 Penambang Emas Liar Belum Ditemukan, Bupati Minta Tolong Ulama

Memasuki hari ke-11, jenazah 11 penambang emas liar di Merangin, Jambi, belum juga ditemukan.

Liputan6.com, Jambi - Memasuki dua pekan insiden terkuburnya 11 penambang emas liar di Merangin, Jambi, sejumlah ulama mendatangi lokasi kejadian di Desa Simpang Parit, Kecamatan Renah Pembarap.

Kedatangan sejumlah ulama ini atas inisiatif Bupati Merangin Al Haris yang meminta doa agar jenazah ke-11 korban tambang itu segera bisa dievakuasi. Sejak kejadian, Bupati Haris secara rutin melihat proses evakuasi dan bolak balik dari Kota Bangko, ibu kota Kabupaten Merangin, ke lokasi kejadian.

"Saya juga menginap di lokasi dan mendoakan agar tim bisa secepatnya menemukan jenazah para korban," ujar Al Haris, Jumat, 4 November 2016.

Menurut dia, salah satu ulama yang diundangnya adalah KH Satar Saleh atau biasa dipanggil Buya Satar. Bersama sejumlah ulama dan warga, mereka menggelar doa di lokasi kejadian.

Sebelumnya, tim evakuasi memperpanjang proses evakuasi. Tim penyelamat masih tidak bisa masuk ke dalam lobang tambang karena tergenang air luapan Sungai Batanghari yang tak jauh dari lokasi. Apalagi, lobang tambang menjorok ke dalam lebih dari 50 meter.

Sebelumnya, 11 penambang emas tradisional liar dilaporkan tertimbun longsor di lokasi penambangan emas, Desa Simpang Parit, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, Senin, 24 Oktober 2016.

Sebelas korban tersebut yakni Tami (45), Yung Tuk (30), Siam (28), Hamzah (55), Jurnal (21), Catur (24) dan Guntur (34)  merupakan warga Sungai Nilau, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin. Selajutnya, Cito (25) dan Zulfikar (25) warga Perentak, Kecamatan Pangkan Jambu, serta Dian Arman (53) dan Erwin warga Air Batu, Kecamatan Renah Pembarap.

Dari data yang dihimpun Liputan6.com, jauh sebelum kejadian nahas pada Senin kemarin, korban meninggal dunia di ladang emas Merangin sudah kerap terjadi. Total sudah ada 19 warga tercatat meninggal dunia di sejumlah lokasi tambang emas Merangin.